Triyaningsih yang meÂngenakan nomor 313 meÂrupakan salah satu haÂrapan merah putih unÂtuk mendulang meÂdaÂli emas. Namun, dia haÂnya mampu finis keÂempÂat dengan catatan waktu 2:31:48 detik, sedangkan meÂdali emas dan perak diborong atlet tuan rumah China, Zhou ChuÂnxiu (2:25:00 detik) dan Zhu XiaoÂlin (2:26:35 detik). SeÂdangÂkan medali perunggu digondol atlet asal Korea Utara, Kim Kum Ok (2:27:06 detik).
Pada final lari jarak jauh di hari terakhir tersebut, TriÂyaÂningÂsih tampil beda saat melakukan start. Tidak seperti biasanya, peÂlari andalan Indonesia itu meÂngeÂÂnakan penutup kepala (keruÂdung) warna coklat pada saat meÂÂlakukan start. Namun pada perÂÂteÂngaÂhan lomÂba, pelari berÂkuÂlit hiÂtam manis itu meÂlepas penutup keÂpaÂlaÂnya dan kembali dengÂan tamÂpilan rambut ekor kuda.
Sebelum finis di noÂmor empat, peÂrempuan kelahiran 15 Mei 1987 itu sempat melejit dan meÂmimpin lomba sekitar satu kiÂloÂmeter, namun kembali diambil alih oleh duet China Zhou ChunÂxiu dan Zhu Xiaolin.
Keputusannya untuk meÂlaÂkuÂkan ‘break‘ mengejar pelari terÂdeÂpan mengakibatkan energinya terÂkuras dan selanjutnya tercecer dari rombongan terdepan yang terÂsisa tiga pelari. Trianingsih pun tidak mampu mengejar kemÂbali pelari di depannya hingga ke garis finis.
“Saya mohon maaf pada seÂluÂruh masyarakat Indonesia tidak biÂsa menyumbangkan meÂÂdali. Saya sudah tamÂpil makÂsimal, mereka cuÂkup kuat,†ujar TriaÂningÂsih seusai perÂtandingan.
Atas hasil tersebut, InÂdonesia tiÂdak berubah beÂrada di posisi ke-15 dengan torehan meÂdali emÂpat emas, sembilan peÂrak dan 13 perunggu dengan toÂtal 26. UnÂtuk tingkat Asia TengÂgara, InÂdonesia kalah dari Thailand dan Malaysia yang masing-masing meÂnorehkan 11 emas dan semÂbiÂlan emas. SeÂdangÂkan posisi punÂÂcak dipegang tuan rumah ChiÂna dengan toÂreÂhan 199 emas, 119 perak dan 98 perunggu, disusul Korea Selatan (76 emas) dan Jepang (48 emas).
Sementara itu, Ketua Umum KONI/KOI, Rita Subowo meÂnyatakan tingkat kecemasan atlet cukup tinggi lantaran tidak terÂcaÂpaiÂnya prediksi raihan medali emas dari cabang-cabang ungÂguÂlan. Menurutnya, karena perÂsaingÂan di ajang Asian Games kali ini cuÂkup ketat terutama dari tuan ruÂmah China, Korea dan JeÂpang yang berada di tiga besar peraih medali.
“Kecemasan membuat atlet menÂjadi tidak optimal, dan itu saÂngat wajar karena mereka ingin mempersembahkan yang terÂbaik bagi Indonesia,†katanya.
Rita mencontohkan, atlet yang meÂmiliki beban berat seperti keÂgaÂgalan wushu dari Lindswell, naÂmun hanya perak. Begitu juga, kaÂrateka Umar Syarief yang diÂhaÂrapkan emas juga gagal dan haÂnya mampu perak.
“Mereka yang diprediksi meÂraih medali ada yang gagal, ada pula yang sesuai target. BeÂbeÂrapa atlet yang tidak ditarget meÂdali justeru bisa menyumbang meÂdali, artinya mereka masih bisa memaksimalkan kemamÂpuanÂnya,†paparnya.
Namun secara umum, kata RiÂta, raihan medali Kontingen InÂdoÂnesia mengalami peningkatan. YakÂni dari dua emas, tiga perak dan 15 perunggu di Asian Games XV/2006 di Qatar menjadi emÂpat emas, sembilan perak dan 13 perunggu di Asian Games XVI/2010.
[RM]
BERITA TERKAIT: