Ada Asian Games, Pengemis Menghilang

Rabu, 24 November 2010, 06:21 WIB
Ada Asian Games, Pengemis Menghilang
RMOL. Selama perhelatan Asian Ga­mes XVI/2010 Guangzhou, Chi­na, pemerintah setempat terus me­la­kukan pembenahan untuk me­manjakan para anggota pe­ser­ta yang berasal dari berbagai negara.

Selain, mempercantik kota deng­an berbagai macam bunga di­ sepanjang jalan, mereka juga men­sterilkan kota dari para pe­ngemis. Padahal,  kota ketiga ter­besar di China itu memiliki pres­tasi tertinggi untuk soal pe­nge­mis. Bahkan, masyarakat sekitar men­jadikan pengemis sebagai profesi.

Kini, saat perhelatan empat ta­hu­nan digelar, kota yang di­ja­di­kan pusat industri itu kini ter­be­bas dari peminta-minta. Pan­tauan Rakyat Merdeka, kota Guangzhou, mulai dari Bandara In­ternasional Baiyun sampai ke ve­nue-venue Asian Games nya­ris tidak terlihat pengemis. Bah­kan, jangan heran di tempat-tem­pat keramaian seperti terminal, sta­siun, pasar dan jalan-jalan lainnya tidak bakal dijumpai.

Pasalnya, pemerintah China su­dah menginstruksikan se­be­lum dan selama perhelatan Asian Games melarang para pengemis un­tuk beroperasi. Untuk men­sterilkannya, mereka menge­ra­h­kan ribuan kepolisian untuk men­jaga para pengemis yang bia­sa beroperasi disudut-sudut ko­ta. Para polisi berseragam itu hitam-hitam itu, berjaga-jaga siang dan malam.

“Biasanya di sini para pe­nge­mis sangat ramai, namun se­be­lum perhelatan Asian Games, me­reka tidak ada. Mereka takut di­razia oleh pihak kepolisian,” ka­ta Windy Kelvin, anggota vo­luntir asal Indonesia pada RM.

Meski sudah disterilkan, na­mun pemandangan masih ter­li­hat di Wihara Da Fo Tample yang terletak di Beijing Lu. Se­ge­rom­bo­lan pengemis tampak ter­lihat di depan gerbang masuk ru­mah ibadah dengan men­dah­kan kedua tangannya kepada pa­ra pengun­jung yang keluar dan masuk.

Hilangnya para pengemis, oleh pemerintah digantikan para vo­luntir atau relawan yang ber­tu­gas memberikan informasi pa­da para pengunjung yang lewat. Mereka berseragam hitau dan ditempatkan di berbagai tempat strategis seperti terminal, sta­siun, hotel, bandara dan tempat-tempat keramaian.

Mau tidak mau, wisatawan asing harus menggunakan ba­ha­sa tarzan atau rimba yaitu bahasa pe­raga, termasuk saat rom­bong­an wartawan Indonesia me­na­nya­kan salah satu prasasti ber­sejarah.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA