Keduanya berkunjung ke Gudang Bulog di Kelurahan Campang Raya, Sukabumi, Bandar Lampung dan ke Pasar Kangkung, pasar tradisional berlokasi di Kecamatan Telukbetung Selatan.
Saat berkunjung ke Gudang Bulog di Campang Raya, Irham Jafar dan Dwita Ria melihat masih terdapat banyak beras impor dari Pakistan, Thailand, dan Myanmar hasil pengadaan tahun 2024.
Dalam kunjungan tersebut Irham Jafar dan Dwita Ria diperlihatkan beras impor dan masih ditemukan sejumlah kutu di beras tersebut.
“Ini ada kutunya, kok bisa begini?” kata Dwita Ria saat melihat sampel beras dikutip dari
Kantor Berita RMOLLampung.Sementara itu, Irham Jafar menjelaskan bahwa kunjungan ini untuk memonitor dan turun langsung ke pasar karena mendapat kabar harga beras di pasaran meroket. Padahal saat ini sedang musim panen.
“Setelah kami turun ke lapangan, ternyata keadaan di Lampung masih stabil. Stok berlimpah dan harga di pasaran masih sesuai harga eceran tertinggi (HET),” kata Irham Jafar.
Namun politisi PAN itu mengakui, daya beli masyarakat belakangan ini menurun.
“Ini juga yang menyebabkan transaksi jual beli beras di pasaran belakangan ini berkurang,” jelasnya.
Wakil Pimpinan Bulog Lampung, Erdi Bhaskoro mengatakan bahwa di 15 gudang Bulog se-Lampung, masih terdapat sekitar 29 ribu ton beras impor
Erdi menjelaskan, stok beras impor itu sudah jauh berkurang karena terdistribusi untuk pengadaan Bantuan Pangan Beras Progam Badan Pangan Nasional (Bapanas). Selain itu beras impor juga untuk dijual melalui Rumah Pangan Kita (RPK), yakni pedagang di pasar-pasar yang menjadi outlet Bulog.
“Pada distribusi bantuan pangan beras bulan Juni-Juli kemarin, kami membagikan 14.450 ton beras kepada keluarga penerima manfaat di 15 Kabupaten Kota se-Lampung. Bulog Lampung juga segera mengirim sekitar 2.000 ton stok beras impor ke Jambi,” kata Erdi
Soal kutu yang ditemukan, ia menjelaskan jumlahnya tak banyak. Pihaknya juga rutin memeriksa stok. Sebelum didistribusikan dan dipasarkan, beras ini akan dibersihkan dengan blower dan dikemas ulang. Kualitas berasnya pun dipastikan aman dan layak.
Saat ini, selain menjual beras, Bulog di Lampung juga menjual minyak goreng, gula pasir, dan tepung. Untuk beras impor didistribusikan guna menstabilkan pasokan dan harga pangan.
Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dijual kepada toko-toko mitra Bulog yang disebut Rumah Pangan Kita (RPK). Harga jual Bulog kepada RPK Rp.55 ribu per karung (isi 5 kg), atau Rp.11 ribu per kg.
“RPK menjual kepada masyarakat Rp.57.500 hingga Rp.62.500/karung,” jelas Mei Rizal, Manajer Operasional Bulog Lampung.
Sedangkan beras yang dihasilkan dari penyerapan gabah petani lokal, diproduksi menjadi beras premium. Harganya Rp.14.800/kg. Beras inilah yang dijual Bulog secara komersil. Saat ini, harga beras premium di pasaran berkisar Rp15.000 sampai Rp17.000 per kg.
BERITA TERKAIT: