Acara yang dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan -- siswa, mahasiswa, guru, dosen, praktisi teknologi, dan pegiat media digital -- membahas secara mendalam perkembangan ekosistem kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, termasuk tantangan dan peluang dalam membangun sistem berbasis AI yang terintegrasi secara global.
Adapun narasumber yang dihadirkan adalah para praktisi AI yang telah berkiprah di industri nyata, yakni Wandha Dwitarri, Co-Founder Postinc Media; Daniel Manihuruk, Co-Founder AICO, Rian Septian Anwar, Chief Creative Officer DICO; Verry Riyanto, Head of Technology & Information UBSI dan Kevin Anggito, Data Scientist Bank BCA .
Wakil Rektor II Bidang Non Akademik UBSI, Adi Supriyatna mengatakan bahwa AI bukan sekadar tren teknologi, melainkan bentuk revolusi baru yang mengubah cara manusia berpikir, bekerja, dan berinteraksi.
"AI sekarang adalah revolusi. Bukan yang pakai senjata, tapi pakai algoritma,” kata Adi dikutip Kamis 14 Agustus 2025.
"Karena itu. AI harus dimanfaatkan untuk membangun ekosistem global yang inklusif dan berkelanjutan," lanjutnya.
Menurut Adi, pentingnya membangun sistem AI yang tidak hanya mengikuti arus global, tetapi juga berakar pada kebutuhan lokal.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain aktif dalam ekosistem AI dunia, asalkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan inovasi global.
Adi juga mengajak generasi muda untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi berbasis AI yang relevan dengan konteks Indonesia.
Melalui seminar ini, UBSI menegaskan komitmennya dalam membangun ekosistem pendidikan digital yang adaptif dan berorientasi global. UBSI percaya bahwa kemerdekaan digital adalah bagian dari perjuangan intelektual bangsa menuju kemandirian teknologi.
BERITA TERKAIT: