Di antara ratusan jemaah tersebut, terdapat kisah istimewa dari tiga generasi asal Sabang, yakni nenek, ibu, dan cucu, yang berangkat ke Tanah Suci secara bersamaan dalam satu kloter.
“Awalnya, saya dan suami daftar haji pada 2012. Namun kehendak Allah SWT, suami saya meninggal tahun lalu. Jadi anak saya menggantikan almarhum,” kata Zubaidah Ibrahim (60), pensiunan guru asal Sabang di Aula Jeddah, Asrama Haji Aceh.
Zubaidah berangkat bersama ibunya, Ruhani Usman Umar (83), dan putrinya, Rosmida Muhammad Nursairin (35).
Meskipun mendaftar pada tahun yang berbeda, ketiganya bisa menunaikan ibadah haji bersama berkat kebijakan penggabungan mahram yang diterapkan pada musim haji 2025.
“Karena adanya kebijakan penggabungan mahram, kami bisa berangkat pada tahun yang sama, kloter yang sama, dan penginapan yang sama,” kata Zubaidah dikutip dari
RMOLAceh.
Kebijakan penggabungan mahram ini memungkinkan jemaah yang memiliki hubungan keluarga dekat -- seperti suami-istri, orang tua-anak, atau saudara kandung -- untuk berangkat bersama, meskipun berbeda tahun pendaftaran.
Langkah tersebut diambil untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan pendampingan bagi jemaah, terutama yang lanjut usia atau memiliki kebutuhan khusus.
Pelepasan Kloter 7 dilakukan di Aula Jeddah, Asrama Haji Aceh, pukul 10.00 WIB, dan dihadiri oleh Wakil Bupati Aceh Tamiang, Ismail.
Ismail meminta para jemaah untuk mendoakan kebaikan dan kemajuan bagi Aceh selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Rombongan Kloter 7 yang terdiri dari jemaah asal Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Barat, dan Sabang ini diberangkatkan dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, pada Sabtu malam pukul 19.40 WIB, dan dijadwalkan tiba di Jeddah pukul 23.45 Waktu Arab Saudi.
Para jemaah akan menempati pemondokan di wilayah Misfalah, Sektor 9, Hotel Al Zaer Al Akhyar, Makkah.
BERITA TERKAIT: