Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M.Habibullah mengatakan, kenaikan NTP terjadi disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani atau IT naik sebesar 1,51 persen menjadi 152,24. Ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 1,29 persen
Komoditas dominan yang mempengaruhi kenaikan harga yang diterima petani adalah kelapa sawit, bawang merah, gabah dan cabai rawit. Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan NTP terbesar adalah horticultura, sedangkan subsektor yang turun paling dalam adalah tanaman pangan.
"Subsektor hortikultura mengalami kenaikan NTP sebesar 3,80 persen karena kenaikan IT sebesar 5,23 persen. Nilai tersebut lebih besar dari kenaikan IB yang sebesar 1,28 persen," paparnya.
Sedangkan komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan IT adalah bawang merah, cabai rawit, pisang dan petai.
Namun begitu, NTP subsektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 0,57 persen. Hal ini karena kenaikan IT yang sebesar 0,82 persen. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan kenaikan IB yang sebesar 1,40 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan IB adalah bawang merah, cabai rawit, dan telur ayam ras," ujar Habibullah.
BPS juga mencatat, terjadi kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 1,70 persen yang utamanya disebabkan oleh kenaikan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar rumah tangga.
BERITA TERKAIT: