Hal itu yang dialami penjual melati di Pemakaman Sapuro, Pekalongan, Jawa Tengah.
Permintaan akan bunga meningkat tajam seiring dengan tradisi masyarakat yang menggunakan bunga melati untuk berbagai keperluan, mulai dari ziarah makam, hiasan rumah, hingga hiasan untuk pengantin.
Salah satu pedagang bunga melati, Rini, mengaku mengalami lonjakan penjualan hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
"Hari Sabtu kemarin itu banyak sekali yang ke makam. Tapi ini yang saya jual memang kualitasnya rada kurang bagus karena faktor cuaca," ujar Rini dikutip
Kantor Berita RMOLJateng pada Senin, 31 Maret 2025.
Rini mengaku berjualan bunga di Pemakaman Sapuro karena dekat dengan rumahnya. Dirinya sudah berjualan 5 tahun lebih. Tidak hanya melati, ia juga menjual bunga lainnya seperti bunga mawar, kenanga dan bunga selasih.
Bunga melati yang dijual Rini dipasok dari Comal, Pemalang, dan Batang. Rini berjualan dari selepas subuh dan pulang sore hari.
"Paling ramai itu kemarin Sabtu, pas prepegan Pasar Gede. Pembeli bisa sampai 30 orang lebih," kata Rini.
Harga jual untuk 1 cup hari biasa dijual Rp5 ribu sedangkan pada Hari Raya dijual Rp10 ribu.
Harga bunga melati pada pemasok pun mengalami kenaikan akibat tingginya permintaan. Jika di hari biasa per kilogramnya dibanderol sekitar Rp100 ribu per kilogram. Menjelang Lebaran harga bisa lebih tinggi lagi.
Rini juga mengaku jika selama berjualan dirinya pernah tidak untung sama sekali karena tingginya harga bunga melati.
Meski demikian, pembeli tetap antusias memborong karena bunga melati dianggap memiliki makna spiritual yang mendalam.
BERITA TERKAIT: