"Harus saleh, taat, dan berakar pada hablun minallah yang kuat, bukan pemimpin yang salah, tidak takut kepada Allah, tidak amanah dan tidak peduli kepada masyarakatnya," kata Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Profesor Mujiburrahman, di Banda Aceh, Senin (1/7).
Mujib menegaskan soal pentingnya semangat pejuang dalam diri seorang pemimpin, terutama di tengah kondisi politik saat ini. Dengan semangat pejuang akan menjadi pijakan dan energi dalam menjalankan amanah kepemimpinan untuk membangun Aceh secara serius, sungguh-sungguh, melayani, dan tanpa pamrih.
Mujib juga menyoroti risiko mental penikmat yang dapat berdampak negatif pada kepemimpinan.
"Mental penikmat akan menghiasi warna kepemimpinan yang birokratis, hedonis, aji mumpung. Mental penikmat ini senang dilayani dan menikmati fasilitas sebesar-besarnya. Namun mereka kurang peduli kepada keutuhan dan kemaslahatan masyarakat," paparnya, dikutip
RMOLAceh, Senin (1/7).
Selain itu, Mujib menekankan pentingnya pemimpin yang memiliki kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik, integritas pribadi yang tinggi, dan kemitraan yang luas.
"Hanya pemimpin yang memiliki kemampuan dan integritas yang tinggi yang mampu memimpin Aceh dengan skill dan seni sehingga bisa merangkul seluruh elemen masyarakat," sebutnya.
Untuk itu, Mujib berharap siapapun pemimpin Aceh masa depan akan diridhai Allah SWT, juga dicintai, dihormati, dan dibantu oleh masyarakat.
"Sehingga harapan Aceh yang berperadaban, maju, dan sejahtera dapat terwujud," tandasnya.
BERITA TERKAIT: