Mereka juga siap mengantisipasi dampak negatif dari pembangunan IKN, termasuk migrasi penduduk dan munculnya lokalisasi.
Persoalan itu dibahas dalam seminar kebangsaan dengan tema "Keterlibatan Gereja Katolik dalam IKN Terkait Pembangunan Karakter Bangsa", di Aula Gereja Paroki St Petrus dan Paulus, Dahor, Balikpapan, dikutip Minggu (6/8).
Seminar menghadirkan Tenaga Profesional (Taprof) Bidang Ideologi dari Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro, sebagai pembicara tunggal. Para peserta yang berjumlah 140 orang ini berasal dari daerah Tenggarong, Mangkupalas, Sepinggan, Dahor, Penajam dan Grogot.
Mereka merupakan perwakilan dari Dewan Pastoral Paroki (DPP), kelompok kategorial, WKRI, Pemuda Katolik, PMKRI, Vox Point, para politisi dan pengurus partai, pengusaha serta professional.
"Mungkin kemegahan dan wujud IKN secara nyata tidak dialami bapak dan ibu yang hadir di sini. Tetapi IKN menjadi penting bagi anak-anak atau cucu-cucu kita. Merekalah para siswa SMA atau mahasiswa saat ini, yang akan memegang tampuk pimpinan IKN,” kata Putut Prabantoro.
Para pemimpin masa depan, kata dia lagi, harus memastikan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila tidak terhapus karena hadirnya
artificial intelligence. Robot harus berideologi. Karena itu, ideologi harus berwujud, berbentuk dan berketahanan.
Lebih lanjut Putut menegaskan, kedatangan warga baru ke IKN, secara langsung atau tidak, akan menimbulkan gesekan horizontal. Gesekan itu bisa berangkat dari pertentangan nilai antara warga pendatang dan putra daerah, mayoritas-minoritas, budaya, adat, agama dan kesempatan kerja.
Umat Katolik Keuskupan Agung Samarinda, harap Putut, harus menjadi motor dan pemelihara persatuan Indonesia.
BERITA TERKAIT: