Kondisi itu terjadi karena curah hujan dan kecepatan angin rendah, hingga mengakibatkan PM2.5 terakumulasi dan melayang di udara dalam waktu lama.
"Konsentrasi PM2.5 cenderung mengalami peningkatan pada dini hari hingga pagi, dan menurun di siang hingga sore hari," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, Jumat (16/06).
Dengan tren memburuknya kualitas udara pada saat kemarau, Pemprov Jakarta memperketat dan mengurangi sumber polusi di Jakarta.
“Polusi udara di Jakarta dipengaruhi berbagai sumber emisi yang menyebabkan polusi, baik dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun sumber regional, dari kawasan industri yang dekat dengan Jakarta,” ujar Asep.
Beberapa kebijakan yang diperketat untuk menghadapi menurunnya kualitas udara, antara lain meningkatkan kegiatan uji emisi, pengawasan emisi dari sektor industri, dan berkoordinasi untuk pengetatan kebijakan ganjil genap di Jakarta.
Sekadar informasi, particulate matter (PM2.5) meru[akan partikel udara berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer).
Berbagai material yang terkandung dalam PM2,5 dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernafasan, seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), kanker paru- paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.
BERITA TERKAIT: