Pernyataan itu diungkapkan pakar dan konsultan keamanan siber Indonesia, Teguh Aprianto, melalui akun Twitternya @secgron pada Sabtu pagi (13/5).
"Setelah kemarin seluruh layanan BSI offline selama beberapa hari dengan alasan maintenance, hari ini confirm bahwa mereka menjadi korban ransomware," ujar Teguh, seperti dikutip
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (14/5).
Menurut Teguh, data BSI yang diserang ransomware mencapai 1 terabyte (TB). Data tersebut berisi 15 juta data pengguna dan password untuk akses internal, dan layanan yang digunakan BSI.
"Selain itu, kebocoran ini juga termasuk data karyawan, dokumen keuangan, dokumen legal, NDA dan lain-lain," kata dia lagi.
Teguh pun membeberkan data-data pelanggan yang bocor, meliputi nama, nomor handphone, alamat, saldo di rekening, nomor rekening, riwayat transaksi, tanggal pembukaan rekening, hingga informasi pekerjaan.
"Semua bank lokal sama rentannya, karena faktor manusia berperan besar di kasus yang begini. Toh BI juga kemarin jadi korban. Intinya dimitigasi dan damage controlnya. Kalau ada bank yang kena ransomware dan sampai lumpuh berhari-hari itu nunjukin betapa kacaunya infrastruktur mereka," pungkas Teguh.
BERITA TERKAIT: