Koordinator Kemanusiaan Yayasan Geutanyoe, Nasruddin mengatakan, sebelum meninggal M Nur mengalami kejang-kejang lalu meninggal dunia. Petugas penampung kemudian membawa jenazah ke Puskesmas lalu ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUDZA) untuk dilakukan autopsi.
"Benar meninggal dunia di camp Ladong, sekitar jam 3 malam, Jenazah awalnya dibawa ke Puskesmas, lalu ke RSUDZA," kata, Nasruddin kepada
Kantor Berita RMOLAceh.
Menurutnya, sesudah melakukan konfirmasi dengan keluarga dan dilihat dengan kasat mata, baik oleh aparat penegak hukum, petugas Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan petugas UNHCR, tidak terlihat adanya kekerasan. Sehingga tidak jadi diautopsi.
"Jadi meninggal dunia karena sakit," ujar Nasruddin.
Nasruddin menyebutkan, Muhammad Nur merupakan salah satu dari 57 pengungsi yang baru-baru ini terdampar bersama kapal di Aceh. Sehari sebelumnya dia sempat jatuh di lokasi penampungan, namun tidak mengalami cedera dan luka-luka.
"Kemarin memang dia pernah jatuh di camp. Menurut kawan-kawannya nggak ada masalah, gak ada cedera dan luka. Tapi sudah sehat kayak biasa, lalu semalam kejang-kejang," ujarnya.
Jenazah M Nur dikebumikan di dekat lokasi penampungan sementara, karena saat tidak ada tempat khusus untuk pemakaman pengungsi Rohingya.
Pada sisi lain, Nasruddin juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir pengungsi Rohingya tersebut hanya tidur beralaskan tikar. Kondisi ini menurutnya perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.
"Sudah beberapa bulan mereka tidur hanya beralaskan tikar, ini juga jadi penting untuk evaluasi tentang penanganan pengungsi di Aceh. Karena kita masih emergenci dengan penanganan alakadar," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: