“Di Aceh sendiri untuk bahan baku itu memang tidak ada. Jikapun ada bukan untuk kapasitas produksi pabrik hanya kebutuhan masyarakat saja, konsumsi sendiri,†kata salah satu perajin tahu di Aceh, Maulizar, kepada
Kantor Berita RMOLAceh, Sabtu (20/11).
Menurut dia, kelangkaan kedelai di Aceh disebabkan impor melalui Medan juga berkurang. Karena kedelai kebanyakan diimpor dari luar negeri.
Maulizar pun berharap ada solusi dari pemerintah terhadap lonjakan kedelai.
“Kalau bisa sementara ini bahan bakunya itu disubsidikan. Kalau bisa usaha industri tahu dan tempe ini diperhatikan lah supaya tidak menambah pengangguran,†harap dia.
Sementara itu, salah satu pedagang di Pasar Gemilang, Gampong Baro, Banda Aceh, Ilham, menyebutkan harga kedelai melonjak hingga mencapai Rp 530 ribu per karung.
“Sebelumnya (Rp) 510 ribu per karung. Isinya 50 kilogram," kata Ilham kepada
Kantor Berita RMOLAceh, Sabtu (20/11).
Ilham menjelaskan, kenaikan itu diakibatkan pasokan yang berkurang. Bahkan sempat putus pada pekan lalu. Penjual, memasok barang dari Medan. Sedangkan di Aceh, kedelai memang tidak ada.
Ilham mengaku tidak mengetahui penyebab pemasokan kedelai bisa putus dari Medan.
“Biasa dikirim 50 ton per minggunya,†jelas Ilham.
Ilham mengharapkan kenaikan harga dan kelangkaan kedelai dapat segera diatasi oleh Pemerintah Aceh. Karena kedelai juga suatu kebutuhan rumah tangga, dan bahan baku bagi pembuat tahu dan tempe, dan lainnya.
BERITA TERKAIT: