"Langkah ini sesuai instruksi menteri pendidikan. Akibat pandemi materi pembelajaran tidak boleh memberatkan," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Gunawan Saptogiri dikutip
Kantor Berita RMOLJateng, Rabu (17/2).
"Bagaimanapun kondisi saat ini tidak mungkin sama dengan kondisi normal, pasti ada kekurangannya, untuk itu kekurangannya cari solusinya bersama, bisa melalui bimbingan teknis, workshop, rapat dan lainnya, maka dari itu guru-guru di kelas selalu melakukan inovasi-inovasi baru," imbuhnya.
Menurut Gunawan, pemahaman materi peserta didik sedikit menurun dengan metode ini. Namun, untuk kualitas penerapan PJJ tetap baik.
"Setiap sekolah penanganannya beda-beda. Artinya ada yang sangat memerlukan bantuan orang tua dan masalah itu harus paham betul. Paling penting dalam kondisi apapun seorang siswa harus dapat pembelajaran entah daring, luring atau visitasi. Toh kalau siswa butuh guru datang ke sekolah tidak apa-apa, tapi tetap taati protokol kesehatan," terangnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 29 Semarang, Aloysius Kristiyanto, mengaku adanya penurunan dalam memahami metode belajar secara daring yang dialami para murid.
Salah satu penyebab, kata dia, karena murid merasa bosan belajar di rumah, dan tidak bisa berinteraksi langsung dengan teman sebaya.
Pihak sekolah memberikan kebijakan kepada guru kelas bersama guru BK dan wali kelas lakukan kunjungan rumah atau home visit, agar bisa mengontrol langsung cara belajar muridnya.
"Kami juga secara rutin memberikan pelatihan dan workshop agar para guru lebih inovatif dalam memberikan pembelajaran kepada siswa," tandasnya.
BERITA TERKAIT: