Khofifah Ajak Masyarakat Jatim Gerakkan Diversifikasi Pangan Lokal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Rabu, 19 Agustus 2020, 21:49 WIB
Khofifah Ajak Masyarakat Jatim Gerakkan Diversifikasi Pangan Lokal
Gubernur Jatim, Khofifah saat hadiri Expose produk olahan makanan non beras/RMOL
rmol news logo Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat kembali melakukan gerakan diversifikasi pangan lokal yang hari ini dicanangkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia.

Utamanya, untuk makanan-makanan berbahan dasar non beras, seperti singkong, ketela, tales, garut, kentang hingga jagung.

Melalui gerakan diversifikasi pangan  lokal, masyarakat kembali diajak untuk mengkonsumsi berbagai  makanan tradisional yang mengandung karbohidrat sebagai pengganti nasi.

Selain mendukung program pemerintah, gerakan ini juga bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air sekaligus meningkatkan pertumbuhan UMKM makanan di Jawa Timur.

“Hari ini kita bisa membangun patriotisme dan nasionalisme melalui Diplomasi Makanan Lokal betapa tidak tiwul dan gatot dari Blitar ternyata saat pandemik Covid pun tetap eksport ke Taiwan, Hongkong, Malaysia dan Singapore,” ungkap Gubernur Khofifah pada acara Expose Produk Olahan Makanan Non Beras di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (19/8).

Yang cukup menggembirakan, ungkap Khofifah, beberapa produk olahan makanan non beras yang mampu menembus pasar ekspor yaitu gatot dan tiwul ternya memiliki pasar fanatik terutana warga Jawa Timur yang berada di luar negeri.

Bahkan, dalam satu bulan salah satu pengusaha gatot dan tiwul mampu mengirimkan hingga 2  kontainer ke  Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Singapura.

"Tiwul dan gatot ini pun juga sudah dikemas sedemikian rupa sehingga bisa dikirim ke luar negeri tanpa mengurangi rasa dan kandungan vitamin di dalamnya. Masyarakat Indonesia khususnya Jatim juga harus bisa mengkonsumsi sekaligus memasarkan  makanan khas lokal ini, " tandas Khofifah.

Sementara itu, Khofifah menambahkan 33 persen PDRB Jawa Timur ditopang oleh Industri Makanan dan Minuman (Mamin).

Berdasarkan fakta itu, Khofifah menyebutkan bahwa penguatan masif kepada sektor mamin, utamanya pengenalan pada produk berbahan baku pangan lokal seperti ganyong, garut dan jelarot, menjadi satu hal yang menjanjikan.

“Itu artinya bahwa, kalau ini bisa kita kembangkan, rasanya ini akan memberikan siginifikansi terhadap kemungkinan  berkurangnya impor gandum mengingat opsi bahan baku kue menjadi variatif,” tuturnya optimis.

Kesiapan Jawa Timur dalam mendukung diversifikasi pangan juga turut disampaikan Gubernur Khofifah saat melakukan Video Conference pencanganan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal serentak bersama Kementerian Pertanian di Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut dirinya melaporkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) Jatim mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen. Kabar baik ini tentunya juga harus didukung dengan upaya dari sektor industrinya sebagai bentuk dukungan pada pemulihan ekonomi.

“Saya rasa pemulihan ekonomi dari Tanam, Petik, Olah, Kemas, Jual bisa lebih dimaksimalkan,” tutur Khofifah kepada Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo.

Tak hanya melalui format diversifikasi  makanan lokal, pengurangan konsumsi beras di masyarakat juga turut dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup seperti vegetarian. Dirinya mencontohkan kesadaran akan pola hidup sehat di masyarakat sudah mulai cukup kuat.

“Saat ini, sudah mulai banyak masyarakat yang mengurangi konsumsi berasnya. Mereka mengkonversi dari nasi ke vegetarian misalnya,” tutur Khofifah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA