Demonstrasi mahasiswa yang berujung kerusuhan sosial saat itu tertuju kepada Jepang yang menguasai investasi di Indonesia saat itu.
Namun, setelah unjuk rasa pecah menjadi kerusuhan, Jepang menyadari untuk melakukan segera berbenah.
Demikian yang disampaikan oleh Peneliti sekaligus Ekonom Institute For Development on Economic (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara dalam seminar bertajuk 'Mendengar Suara Rakyat' yang di gelar di Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta , Rabu (15/1).
Kondisi saat ini, kata Bhima, tak jauh berbeda dengan Jepang kala itu. Adalah China yang masuk ke Indonesia dengan berinvestasi dan seakan mengambil peran sebagai juru selamat.
Melihat situasi yang demikian, Bhima menyatakan sesungguhnya secara sadar Indonesia sedang diperkosa oleh China.
"China memperkosa, maksudnya adalah eksploitasi terhadap sumber daya alam, eksploitasi terhadap pekerja, itu tidak lebih baik kondisinya," ujarnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/1).
Bhima menjelaskan kalau melihat gaya investasi China di Indonesia, sebut saja contohnya investasi nikel di Morowali yang menurutnya tidak mengindahkan kualitas lingkungan hidup, kualitas perlakuan terhadap pekerjanya, dan mengabaikan keselamatan pekerjaan yang dibawah standar.
"Jadi ini bentuk pemerkosaan ekonomi," tegas Bhima.
Kemudian yang dijanjikan China seperti transfer
skill dan
knowledge, lanjut Bhima, itu tidak terjadi.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpuasan di masyarakat khusunya yang berada di daerah-daerah yang menjadi tempat investasi China.
"Jelas-jelas kita membiarkan pencurian. Makanya kita harus bisa membedakan mana pencuri mana penginvestasi yang berkualitas," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: