Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Keluhkan Lonjakan Tagihan, Pelanggan PLN Di Sidoarjo Bingung Mau Mengadu Ke Mana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Senin, 09 September 2019, 09:40 WIB
Keluhkan Lonjakan Tagihan, Pelanggan PLN Di Sidoarjo Bingung Mau Mengadu Ke Mana
PLN/Net
rmol news logo Pelanggan PLN kembali mengeluhkan pelayanan perusahaan plat merah tersebut. Pelanggan PLN di Sidoarjo, Jawa Timur mengeluhkan lonjakan tagihan.

Lonjakan tagihan dialami PT Gaya Remaja Industri (GRI), produsen plastik injeksi. Disebutkan, GRI yang merupakan pelanggan komersial terkena imbas dari kelemahan operasional PLN.

PLN melayangkan surat tertanggal 3 September 2019, yang ditandatangani Mujiono, Manager PLN UP3 Surabaya Barat. Surat berisikan tindak lanjutan hasil pemeriksaan dan pengukuran alat pembatas dan pengukur (APP), pada 22 Agustus 2019 terhadap GRI I, Sidoarjo yang beralamat di Jalan Raya Taman.

PLN menyampaikan terdapat ketidaksesuaian pengawatan instrumen pengukuran potensial transformer (PT) Fasa S dan Fasa T, sehingga mengakibatkan prosentase selisih penimbangan pada beban terukur kWh meter sebesar -37,00 persen. Berdasarkan hal tersebut terdapat energi kWh tagih (sudah terpakai belum tertagih) sebesar 752.592 kWh atau setara Rp 846,38 juta.

Selanjutnya, GRI diperintahkan melakukan penyelesaian atas kurang tagih tersebut di Kantor PLN UP3 Surabaya Barat, dengan tenggat waktu tiga hari setelah diterimanya surat. GRI dalam satu tahun, membayar tagihan PLN sebesar Rp 1,93 miliar, atau rata-rata tagihan bulanan lebih dari Rp150 juta.

Manager Keuangan GRI Fifi mengungkapkan klaim tagihan PLN tersebut memberatkan perusahaan. Pasalnya, selama ini selaku pelanggan komersial, pihaknya selalu memenuhi tagihan tanpa telat.

"Selain itu sebagai manufaktur, listrik merupakan biaya yang vital buat kami. Dengan adanya klaim tagihan yang mendadak melonjak seperti ini, sangat berat buat GRI," ujar Fifi dalam keterangnnya, Senin (9/9).

Apalagi, sebagaimana yang diterangkan dalam surat kepada GRI, PLN juga mengakui bahwa persoalan tersebut akibat peralatan pengukuran tidak bekerja normal bukan dikarenakan kesalahan pelanggan.

"Ini murni kesalahan peralatan PLN di trafo lokasi dengan trafo induk. Kami sebagai usaha kecil sungguh dilema, harus mengadukan persoalan ke mana, apakah ke DPRD atau ke mana?" tukas Fifi.

Di sisi lain, pihak PLN membantah jika persoalan yang mendera GRI terkait dengan kinerja trafo yang bermasalah. Sejak 2010, PLN membeli langsung trafo dari produsen seperti PT Trafoindo Prima Perkasa sebagai pemasok utama.

Manager UP3 PLN Surabaya Barat Mujiono menegaskan apa yang menimpa GRI adalah proses normal sejalan dengan hasil pemeriksaan rutin.

"Tindakan lebih lanjut sesuai mekanisme kami diskusikan ke pelanggan sehubungan ada energi yang dipakai tapi tidak terukur semestinya, Juga ada mekanisme penyelesaiannya sesuai Kepdir PLN," katanya.

Lebih jauh, dia menjelaskan persoalan membelit GRI tidak ada kaitannya dengan kinerja trafo.

"Trafo adalah peralatan yang berfungsi mentransformasi tegangan dari nilai tertentu ke nilai lainnya, sedangkan temuan yang dimaksud adalah sistem pengukuran energi pemaiakain atau kWh meter pelanggan yang terjadi anomali," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA