Salah satu penjualnya yakni Herman. Pria berusia 35 tahun itu menjajakan daganganannya sejak sore kemarin (Senin, 31/12).
Dia dan rekan-rekannya sudah berpencar di sekitaran Monas untuk menjual tikar kepada para pengunjung agar dapat duduk di sekitaran Monas tanpa takut kotor.
"Saya sudah berjualan sejak jam 4 sore, jualannya berkelompok dan bagi-bagi tugas jualannya di semua sekitar Monas," tuturnya
Tikar yang dia jajakan dijual dengan harga Rp 5 ribu dengan ukuran 1x2 meter. Tikat terbuat dari lapisan karung plastik dilapisi kantung semen.
"Ini satu tikarnya lima ribu saja, bisa tahan dari air soalnya ada bahan plastiknya," papar dia kepada
Kantor Berita Politik RMOL.
Herman sendiri mendapatkan bahan tikar tersebut dari salah pabrik di Bogor yang dia beli denan harga Rp 2 ribu.
"Saya beli bahannya sendiri di pabrik, di Bogor. Modalnya satu (tikar) dua ribu rupiah, saya tiap ada acara seperti ini selalu siapkan untuk berjualan tikar," ungkapnya.
Hingga jelang pergantian tahun, Herman mengaku telah mendapatkan penghasilan senilai Rp 200 ribu dari tikarnya yang dia jual sebanyak 40 buah. Namun tahun ini kata dia omsetnya cenderung menurun karena hujan.
"Sampai malam ini dapat 200 ribu rupiah, kalau seharian bisa sampai 500 ribu rupiah," tukasnya.
Sementara itu salah satu pengunjung Monas, Dhita Prima menyampaikan tikar tersebut sangat bermanfaat.
"Ya sangat bermanfaat, karena di Monas tidak ada bangku. Jadi bisa merasakan sensasi piknik meskipun gerimis," tukasnya kepada redaksi.
[mel]
BERITA TERKAIT: