Sesi
field trip pertama menuju Ponpes Al-Hamid. Dipimpin Ketum PP Fatayat NU,.Anggia Ermarini, peserta konferensi diterima pengasuh pesantren KH. Lukman Hakim dan disambut hadrah dan tari Saman oleh para santri.
"Kunjungan ini menunjukkan bahwa perempuan bukan hanya kasur, sumur, dan dapur. Para perempuan dunia yang hadir semoga juga dapat memotivasi santriwati agar bisa berperan lebih," ujar kiai Lukman dalam keterangan tertulis, Minggu (28/10).
Ponpes Al-Hamid dihuni ribuan santri yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
"Kami mengutamakan adab dan
akhlakul karimah kepada santri. Kunjungan ini sangat bermanfaat dan menyemangati santri perempuan agar bercita-cita di profesi apapun," ujar Kiai Lukman.
Sementara Anggia mengatakan, kunjungan Al-Hamid karena tidak semua peserta IYMWF mengetahui tentang dunia pesantren.
"Pendidikan di pesantren itu 24 jam. Pesantren
is an islamic boarding school that is very unique. It has their own authority in giving education, morality, etc. Itu yang ingin kita tunjukkan. Sebab peserta yang hadir adalah orang-orang terpilih," kata Anggia.
Dari pesantren, tujuan berikutnya adalah TMII. Peserta konferensi diajak melihat aneka ragam rumah-rumah adat dari 34 provinsi se-Indonesia, baju tradisional, dan ragam budaya lainnya. Rombongan mampir ke Anjungan Sulawesi Selatan, makan siang sambil menikmati tari-tarian khas daerah Sulawesi Selatan.
Adapun kunjungan ke PBNU, peserta diterima Katib Aam Kiai Yahya Cholil Staquf. Selain itu, sebagian juga berkesempatan mampir ke Pojok Gus Dur dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim LPBI Nadhlatul Ulama.
Di LPBI, mereka melihat langsung bagaimana kerajinan tangan dari kertas koran bisa dijadikan patung, asbak, tas, dan aneka kreasi lainnya.
Dibuka Presiden Joko Widodo pada 25 Oktober lalu, IYMWF 2018 yang diikuti 150 peserta dari berbagai negara akan ditutup pada hari ini.
[wid]
BERITA TERKAIT: