Semakin tinggi kemampuan seseorang menguasai teknologi informasi komunikasi ini akan semakin besar juga peluang dan benefit yang akan diperoleh. Tak terkecuali, kepentingan dan tujuan-tujuan sosial, politik dan ideologi berbagai kelompok interest groups dilakukan melalui media digital ini. Tak heran kalau kemudian setiap individu akan menyaksikan dengan terang benderang dan bahkan terlibat, misalnya, dalam rivalitas dan pertentangan yang panas dan berkepanjangan di kalangan kelompok-kelompok sosial, politik dan ideologis. Bahkan hal ini juga terjadi dengan melibatkan sentimen agama di kalangan masyarakat.
Era digital ini menawarkan sebuah karakteristik yaitu "ketakterbatasan dan keterbukaan." Teknologi digital adalah sebuah wilayah yang tidak ada pembatasnya dan begitu terbuka (borderless and open area) dimana secara bebas setiap individu bisa memasuki. Hemat penulis ini menjadi isu yang sangat penting untuk dicermati karena menimbulkan berbagai implikasi serius, antara lain adalah:
Pertama, secara kultural setiap individu bisa berselancar dan melakukan visits secara bebas serta melakukan kontak dengan siapapun dengan latar belakang etnis, bangsa dan agama apapun secara tak terbatas. Ini memberikan ruang yang besar juga bagi setiap individu untuk melakukan dialog dan saling berakomodasi dan bahkan berbenturan saling menyerang dengan berbagai alasan. Setiap individu, secara bebas bisa menyatakan pandangan dan sikap untuk menghormati atau tidak menghormati, saling melindungi atau saling merusak wilayah dengan orang dari latar belakang budaya, ideologi dan politik yang berbeda.
Kedua, secara ideologis teknologi digital menjadi instrumen penting propaganda dan pergumulan berbagai ideologi dunia yang mapan dan bahkan juga merupakan bagian penting melahirkan ideologi baru. Contoh yang sangat kongkrit yang muncul dan berkembang serta kemudian mempengaruhi publik secara ekstensif di media sosial di Indonesia antara lain ialah propaganda kapitalisme, hedonisme, liberalisme, komunisme, Islamisme, sekularisme dan permisivisme.
Ketiga, secara keagamaan teknologi digital menjadi bagian atau faktor sangat penting menguatnya spirit religiusitas di kalangan masyarakat untuk mendalami dan mempraktekkan ajaran agama. Informasi dan kajian Keislaman bidang Aqidah, Fiqih, Tasawuf dan bidang bidang lain yang jauh lebih spesifik dan mendalam seperti Tafsir al-Qur'an, Hadits dan pemikiran para Ulama dari berbagai Madzhab sebagaimana yang tertuang dalam banyak Kitab memperoleh kemudahan dan berkembang cukup pesat melalui teknologi digital ini. Ekspose berbagai komunitas, organisasi dan kekuatan-kekuatan muslim secara kultural dan politik juga memperoleh peluang yang lebar dan leluasa. Bahkan, kecenderungan dan sentimen komunalistik di kalangan muslim juga muncul. Ini, misalnya, terlihat dari sikap klaim atas diri dan kelompoknya sebagai yang paling atau lebih "Islami" dari pada yang lain. Namun demikian, gagasan Wasatiyatul Islam yang memang merupakan mainstream di Indonesia tentu saja menjadi penting antara lain untuk menjaga agar gerakan dan faham ideologis Salafy Irhaby tidak masuk dan mempengaruhi masyarakat.
Keempat, teknologi digital menjadi tempat penyemaian dan penyebaran yang baik nilai-nilai moral dan etika kehidupan baik yang bersumber dari agama maupun dari filsafat, ideologi dan sistim kepercayaan apapun. Sifat keterbukaan teknologi digital ini pada akhirnya menjadi arena terbuka kontestasi nilai-nilai tersebut. Tidak ada jaminan bahwa nilai-nilai agama dan juga nilai nilai lain menjadi dominan dan memenangkan kontestasi sehingga benar-benar berpengaruh terhadap seluruh sistim tindakan masyarakat. Tidak ada jaminan misalnya Hoax, bully, viktimisasi, hate speech, pornografi dan lain lain akan berhenti. Begitu juga tidak ada jaminan bahwa seluruh nilai luhur yang diajarkan agama akan mewarnai seluruh program yang tersedia di media sosial. Inilah yang juga menjadi perhatian banyak kalangan terkait dengan soal nasionalisme.
Bagaimana nilai nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila secara meyakinkan dan efektif bisa diinternalisasikan, dipahami dan diimplementasikan oleh generasi digital? Bagaimana nasionalisme bisa diyakinkan kepada generasi yang telah terdisrupsi sedemikian rupa oleh elemen-elemen budaya dan gambaran lifestyle global yang dalam berbagai hal sebetulnya tidak bersesuaian dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian luhur Indonesia? Tentu ini tantangan serius.
Peradaban Islam ProgresifUmat Islam haruslah memiliki kemampuan untuk menawarkan bangunan peradaban agung sebagaimana yang sebetulnya telah ditunjukkan dalam sejarah. Langkah ini sungguh sangat penting dilakukan terutama dalam situasi sekarang dimana peradaban kita sudah mulai dicabik-cabik dan digerogoti oleh manusia uncivilized dan paranoid. Luka peradaban dunia sudah menganga lebar. Berbagai kejahatan sosial, ekonomi dan politik terus berlangsung di tingkat yang terendah hingga tertinggi; pengrusakan lingkungan terbiarkan secara sistemik; penyalah gunaan wewenang dan jabatan nampak tak terberhentikan; konflik yang tak berkesudahan atas nama apapun;kejahatan perang dan kemanusiaan yang memilukan. Kehadiran peradaban Islam sangat penting minimal mengobati luka-luka yang menyayat itu karena peradaban Islam memiliki beberapa karakteristik penting antara lain ialah:
Pertama, peradaban Ini didasarkan kepada landasan filsafat yang kokoh yaitu Tauhid (monotheistic civilization). Peradaban monoteistik meniscayakan adanya keyakinan kuat kepada agama sebagai doktrin dan sebagai kekuatan sejarah dan kemanusiaan. Peradaban ini mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia yang dicurahi oleh kemuliaan dan keluhuran transendental Tuhan. Karena itu ada beberapa prinsip dan spirit peradaban monoteistik ini antara lain relijius, liberatif transformatif, humanis, egaliter, toleran, solider, mempersatukan dan terbuka.
Kedua, peradaban ini meniscayakan dan ditopang oleh sebuah kepemimpinan politik dan negara yang terpercaya, kuat, efektif, bersih dan humanis. Kemauan dan kemampuan untuk melindungi masyarakat dan wilayah negara tak diragukan; hak hak sipil dan warga dijamin dan sebaliknya mereka juga menunaikan kewajiban-kewajibannya dengan baik. Kepempinan ini diselenggarakan dengan cinta, pengetahuan, dedikasi dan tanggung jawab serta profesional sehingga cita-cita negara menciptakan kemaslahatan hakiki terwujud.
Ketiga, peradaban ini diperkokoh dengan penerepan sistim hukum yang adil. Karena itu tidak ada diskriminasi, perbedaan berpendapat dan berkeyakinan memperoleh perlindungan, kejahatan dalam bentuk apapun ditindak, menjamin rasa aman masyarakat, kehidupan masyarakat dan negara itu sendiri stabil tidak didera oleh pertentangan, keadilan sosial ekonomi tercipta dan pada akhirnya kemaslahatan publik dirasakan.
Keempat, peradaban ini terbuka dan memberikan tempat yang sama kepada kelompok masyarakat manapun dengan latar yang beragam untuk saling berinteraksi, bekerja sama secara ekual, saling melindungi dan menghargai untuk mewujudkan cita cita bersama. Egalitarianisme dijunjung tinggi dan karena itu prinsip dominasi kelompok masyarakat terhadap kelompok yang lain atas alasan kultural, agama, ekonomi sangatlah bertentangan dengan watak dan prinsip dasar "kemanusiaan yang adil dan beradab. "
Kelima, peradaban Islam progresif ini juga ditandai dengan penghormatan yang tinggi kepada community of science para ilmuan, cendekiawan cerdik pandai, pendidik, peneliti dan para ulama. Merekalah orang-orang yang penuh dedikasi melakukan intellectual transmission and reproduction bidang ilmu, seni dan teknologi. Pengajaran, inovasi, riset, observasi, scientific experiment, penerbitan terus dilakukan. Pusat-pusat pendidikan, pengajaran dan pusat-pusat risetpun berkembang pesat karena juga didukung secara politik dan finansial oleh pemerintahan.
Keenam, peradaban ini dibangun dengan pilar family system yang kokoh. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang juga dibentuk melalui sebuah sistim perkawinan (marriage system) yang kokoh dan luhur. Selain fungsi reproduktif, keluarga juga merupakan institusi pendidikan awal di mana nilai-nilai keluhuran diinternalisasi. Relasi antar anggauta keluarga dibangun dengan landasan etika sosial yang kuat di mana berbagai prinsip terimplementasikan dengan baik. Diantara prinsip-prinsip itu ialah relijiusitas, kebersamaan, kohesifitas, harmony, kesederajatan, tidak ada diskriminasi, keadilan, percaya diri, respek terhadap perbedaan dan keterbukaan. Nilai atau prinsip-prinsip inilah yang secara riil juga merupakan landasan etik sosial dan bahkan juga politik kenegaraan.
Pungkasan
Tidak berlebihan untuk berpendapat bahwa sebuah peradaban besar yang dibutuhkan oleh dan mengayomi masyarakat dunia adalah peradaban yang dibangun di atas landasan filsafat yang kokoh dan prinsip-prinsip moral dan etika yang luhur. Bangunan peradaban ini juga ditopang oleh pilar-pilar penting antara lain agama, pemerintah yang kuat dan bersih, hukum yang adil, ilmu pengetahuan yang maju, sistim keluarga yang kokoh, masyarakat yang terbuka. Islam baik sebagai doktrin maupun penggerak sejarah menawarkan bangunan peradaban yang progresif yang memang dibutuhkan.
[***]Penulis adalah Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat
BERITA TERKAIT: