Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Weliiam R. Manderi. Minimnya sarana komunikasi juga menyulitkan koordinasi di lapangan.
BPBD Papua melaporkan bahwa kebutuhan mendesak yang diperlukan para korban yaitu permakanan, suplai air, dan pelayanan medis baik berupa tenaga medis, peralatan dan obat-obatan.
Hingga kini, BPBD bekerjasama dengan Polres Boven Digoel dan Humas Pemda setempat untuk melakukan kaji cepat. BPBD telah mendorong logistik ke Kabupaten Boven Digoel dan Polres dan TNI setempat melakukan evakuasi masyarakat yang terdampak bencana.
Data sementara menyebutkan empat rumah, satu masjid, dan satu puskemas rusak di Distrik Mindiptanah; dua rumah rusak dan satu bangunan PDAM rusak berat di Waropko, sedangkan satu rumah, satu sekolah dan satu kantor distrik rusak di Arimop.
"Di samping kerusakan, gempa memicu longsor dan kerusakan jalan di Waropko. Hingga kini, kaji cepat masih terus dilakukan oleh otoritas setempat," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (27/2).
Gempa bermagnitudo 7,6 ini terjadi pada Senin kemarin, pukul 02.44 WIT dengan titik pusat gempa 266 km arah tenggara Kota Boven Digoel. Kedalaman gempa sekitar 17 km. Dampak gempa teridentifikasi di wilayah Distrik Mindiptanah, Waropko dan Arimop.
"Hingga kini Kabupaten Boven Digoel belum memiliki BPBD sebagai organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan bencana," demikian Sutopo.
[rus]
BERITA TERKAIT: