Tangerang Tempo Dulu, Potret Kerukunan Masyarakat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 16 Februari 2018, 00:49 WIB
Tangerang Tempo Dulu, Potret Kerukunan Masyarakat
RMOL
rmol news logo Dalam waktu dekat Kota Tangerang merayakan ulang tahun ke-25 yang jatuh pada 28 Februari.

Memasuki usia perak, masyarakat setempat memberikan kado manis untuk Kota Seribu Industri Sejuta Jasa itu. Mereka yang tergabung dari pegawai negeri sipil, wartawan, budayawan, serta seniman mempersembahkan karya buku sebagai kado yang berjudul Tangerang Tempo Doeloe.

Inisiator penyusun Tangerang Tempo Doeloe Felix Mulyawan menjelaskan, terciptanya karya tersebut merupakan momen spesial bagi kota berjuluk Akhlakul Karimah tersebut. Adanya karya ini, publik dapat melihat Kota Tangerang pada masa lampau.

"Ini keadaan yang langka, di era milenial masih peduli dengan sejarah. Bagimana kita memahami asal usul Kota Tangerang ini dan tidak melupakan apa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya," ujar Felix kepada wartawan, Kamis (15/2).

Dia menerangkan, situasi Tangerang di masa silam, masyarakatnya sangat menjaga kerukunan. Mereka saat itu begitu kental menyingkapi keberagaman.

"Di sini banyak suku, ras, dan golongan. Apalagi etnis Tionghoa, sudah lama ada di Tangerang. Orang asli Tangerang itu, pasti ada asal usulnya dari turunan China," kata Felix.

Sikap tenggang rasa lebih dijunjungkan. Masyarakat hidup dengan damai dan tentram. Felix pun mengenang pada puncak kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998, di mana etnis-etnis Tionghoa banyak yang menjadi korban. Penjarahan saat itu terjadi di mana-mana, mulai dari pembakaran di Lippo dan toko-toko milik etnis China.

"Ada satu sejarah yang tidak bisa dilupakan, hanya satu mal saja di Tangerang yang tidak dijarah. Ada di Robinson karena di situ menjadi markas Kodim pada masa itu," papar Felix.

Penyusunan buku Tangerang Tempo Doeloe turut melibatkan para anak muda lainnya. Seperti Hasan Kurniawan wartawan Sindo, Andika Panduwinata jurnalis Warta Kota dan Mukhafi Solihin yang merupakan seniman dari Kota Tangerang. Terlebih Haris Yasin sebagai budayawan setempat pun memberikan sumbangsihnya untuk penulisan buku tersebut.

"Di zaman digital ini, kita bisa melihat Tangerang di masa lalu melalui buku. Apa saja cerita - cerita pada zaman dulu bisa diketahui dan juga memberikan edukasi," demikian Felix. [wah] 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA