"Kalau Amerika punya Stevie Wonder, Indonesia punya Ade "Wonder" Irawan. Permainan piano mereka sama-sama luar biasa," kata Jaya menimpali permainan pianis tunanetra tersebut.
Meski pianis difabel itu tidak dapat melihat sejak lahir, namun kemampuan jemarinya menari di atas piano tidak perlu diragukan lagi.
Panggung-panggung dunia pernah dibuatnya terpukau, sebelum tampil di acara Malam Budaya Manusa Bintang (MBMB) 2017 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Sabtu (29/7) malam.
"Luar biasa," puji Agus Harimurti Yudhoyono salut dengan penampilan Ade yang membawakan dua lagu, Egrang Funk (Krakatau) dan Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki).
Pria kelahiran Colchester, Inggris, 15 Januari 1994 itu, merupakan putra pertama pasangan Irawan Subagyo dan Endang Irawan.
Menurut Endang, bakat musik Ade mulai tampak sejak usia 2,5 tahun. Si balita itu sudah mahir menirukan suara alat-alat musik dengan mulut. Menginjak usia lima tahun, Ade bahkan sudah bisa memainkan sebuah lagu dangdut dengan menggunakan keyboard mainan bernada lima oktaf.
Satu hal yang istimewa, Ade tidak pernah les piano. Bahkan, Ade belajar keyboard, piano serta berbagai jenis musik lainnya hanya mengandalkan kepekaan pendengarannya. Kemahiran yang didapat secara otodidak itu membuat Ade tak mengenal notasi, bahkan tak tahu jenis nadanya. Semua muncul karena rasa.
"Cara bermain Ade berbeda. Kalau dia ikut les piano, pasti nggak bakal lulus karena tekniknya pasti salah semua," kata Endang.
Menginjak usia 9 tahun, Ade mulai menunjukkan minat khusus terhadap musik jazz. Kedua orang tuanya, sangat mendukungan bakat Ade. Mereka percaya, di balik kekurangan fisik Ade, Tuhan mengirimkan kelebihan yang lain.
Status Endang sebagai diplomat yang kerap ditugaskan di berbagai negara, secara tidak langsung menjadi jalan Ade menapaki panggung internasional.
Tepatnya, saat Endang ditugaskan ke Chicago, Amerika Serikat, tahun 2003 silam. Endang dan Irawan memanfaatkan setiap momen untuk mengenalkan Ade kepada musik jazz. Apalagi, Chicago dikenal sebagai kota jazz dan blues.
Selama di Chicago dari tahun 2003 hingga 2007, bakat Ade semakin berkembang. Sejumlah prestasi terus diukir. Mulai dari juara lomba cipta lagu antar sekolah di Negara Bagian Illinois "Reflection" tahun 2004-2007.
Ade juga ikut dalam beberapa pertunjukan jazz seperti Chicago Winter Jazz Festival di Chicago Cultural Center pada April 2006 dan Januari 2007.
Audisi khusus dengan musisi jazz Amerika Serikat, seperti Coco Elysses-Hevia, Peter Saxe, Ramsey Lewis, John Faddis, Dick Hyman, Ryan Cohen, dan Ernie Adams, juga dia ikuti. Ade juga dipercaya sebagai pianis tetap pada acara musik Farnsworth School di Chicago dan pengisi tetap Jazz Links Jam Session (Jazz Institute of Chicago) di Chicago Cultural Center.
Saat ditanyakan langsung, Ade sendiri tidak memiliki porsi latihan khusus untuk mengasah keahliannya mengolah tuts piano. Tidak seperti musisi-musisi handal yang kerap berjam-jam berlatih, Ade justru hanya latihan tidak lebih dari dua jam per hari.
"Kalau dulu, biasanya dua jam (sehari). Sekarang sudah agak males-malesan," timpalnya terkekeh.
Dalam acara MBMB 2017,
Kantor Berita Politik RMOL memberikan Golden Personality Award terhadap tujuh tokoh dari berbagai kalangan. Selain ade, ada juga pengusaha Sukur Nababan yang juga anggota DPR RI, Kepala RSPAD, Mayjen Terawan Agus Putranto, Ketua Kwarcab Pramuka Kota Bandung, Yossi Irianto, dan Tim Penggerak PKK Pesisir Selatan, Sumbar, Lisda Rawdha.
Penghargaan serupa juga diberikan kepada dua aktivis anti narkoba dari Binjai, Sumatera Utara, Wak Ong, dan Lury Elza dari Sumatera Selatan.
Selain Golden Personality Award,
Kantor Berita Politik RMOL juga memberikan penghargaan Lifetime Achievement Award, Democracy Award, dan Golden Community Award.
Sembilan tokoh diganjar penghargaan Democracy Award. Yaitu, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Agus Harimurti Yudhoyono dan Dirjen Otda Kemendagri Soemarsono.
Lalu, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Sekda Pemprov Jawa Barat Iwa Karniwa, Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, Danny Pomanto, Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dan Pengelola Statuter AJB Bumiputera, Adhie Massardi.
Sementara itu, dua seniman dan budayawan nasional, Jaya Suprana dan Titiek Puspa mendapatkan anugerah tertinggi Lifetime Achievement.
Sedangkan untuk Golden Community Award diberikan kepada kelompok peneliti Kampung IT yang dipimpin Tris Prayogo Muslim yang menciptakan sepatu untuk kaum tunanetra. Serta, Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang beberapa waktu lalu melakukan penelitian di situs megalitukum Gunung Padang di Cianjur.
[ian]
BERITA TERKAIT: