Menanggapi hal tersebut, Pendiri Euro Management Indonesia, Bimo Sasongko menjelaskan bahwa kesuksesan reformasi dan pembentukan karakter unggul siswa tidak harus melalui metode indoktrinasi yang kaku. Membentuk karakter dan sikap positif para siswa perlu mengubah metode pengajaran sehingga siswa merasa riang gembira dan terbuka imajinasinya dalam menerima pelajaran.
"Jangan ada lagi siswa merasa tertekan saat menerima mata pelajaran apapun. Mata pelajaran yang dianggap momok, seperti Matematika, IPA dan bahasa asing dibuat tidak lagi menakutkan dan tidak menjemukan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Kata dia, perlu membenahi karakter siswa sesuai dengan semangat jaman, yakni pentingnya daya inovasi. Hal ini seperti yang pernah dirumuskan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara bahwa siswa harus terus menerus menghasilkan inovasi dengan cara 3 N, yaitu Niteni, Neroke, Nambahi.
"Metode 3N yang dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara sangat relevan untuk membentuk karakter siswa terkait dengan kemajuan jaman yang sangat ditentukan oleh kapasitas inovasi. Metode 3N yang memakai istilah bahasa Jawa tersebut sangat relevan bagi pelajar hingga dunia usaha," sambungnya.
Dalam metode ini para siswa diminta untuk “Niteni†atau mengamati kemajuan teknologi atau perkembangan produk, kemudian “Neroke†atau menirukan kemajuan teknologi atau perkembangan produk. Dan terakhir “Nambahi†atau menambahkan (modifikasi).
"Metode 3N di atas sebaiknya ditanamkan kepada para siswa sekolah dengan cara-cara yang mengasyikan dan penuh ceria seolah mereka sedang berwisata," lanjut Bimo.
Selain itu, ia menilai reformasi pendidikan memerlukan terobosan terkait dengan kondisi lulusan SMA berbakat yang tidak terserap oleh perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) karena kapasitas atau rasio kursi dan jumlah dosen untuk prodi tertentu masih kurang.
"Melihat angka Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2017 kita bisa melihat masih banyak siswa berbakat yang tentunya tidak bisa masuk prodi yang diinginkan," kata Bimo.
Ia menjelaskan bahwa jumlah peserta yang dinyatakan lulus seleksi pada 78 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se Indonesia sebanyak 101.906 siswa. Jumlah tersebut merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh Panitia Pusat dari jumlah pendaftar sebanyak 517.166 siswa.
Untuk itu, perlu terobosan yang menjadi pelengkap atau penunjang reformasi pendidikan, yakni memberikan jalan yang seluas-luasnya kepada lulusan SMA berbakat untuk belajar di perguruan tinggi terkemuka di luar negeri.
"Berbagai skema pengiriman siswa berbakat perlu dibuat, dari skema beasiswa dari negara lewat LPDP, beasiswa pemerintah daerah maupun pengiriman secara mandiri oleh para orang tua yang memiliki kemampuan dana," pungkasnya.
[ian]
BERITA TERKAIT: