Dijabarkan Prita, upaya ini dilatari sebuah kenyataan bahwa orang-orang berkebutuhan khusus, khususnya penyandang autis yang sudah dewasa mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat bersekolah. Mereka dianggap tidak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi.
"Untuk itu, LSPR menyiapkan tempat yang mana orang-orang berkebutuhan khusus, khususnya autisme, diberikan tempat atau kelas yang berbeda dengan temannya normal. Tapi dalam waktu tertentu bisa diintegrasikan, seperti kelas komputer, performing arts, dan kelas-kelas praktik lain," ujar Prita menjelaskan mengenai perguruan tinggi inklusi LSPR kepada
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Selasa (27/12).
Program inklusi dengan nama London School Beyond Academy (LSBA), lanjut Prita, juga turut mengajak orang-orang yang mainstream untuk memahami teman-temannya yang berkebutuhan khusus. Menurutnya, orang-orang penyandang autism adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah.
Prita menyebut bahwa syarat untuk berkuliah di LSBA ini sangat mudah. Calon mahasiswa autis minimal harus berusia 18 tahun dan sudah lulus SMA atau setara SMA. Terpenting, calon mahasiswa memiliki kemampuan dalam hal bersosialisasi.
"Paling tidak bisa bicara atau bisa punya mediasi lain yang untuk menyatakan kehendaknya, misal bisa menulis atau membaca," sambungnya.
"Kelasnya nanti ada lembaga pelatihan, seperti jurusan komputer, desain, dan fotografi. Mereka fotonya bagus-bagus lho," pungkas Prita.
Pada tahun 2016 ini LSBA turut melantik alumninya sebanyak lima orang setelah berhasil menempuh masa pendidikan selama tiga tahun. Diharapkan, melalui program inklusi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia semakin maju dan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
[ian]
BERITA TERKAIT: