"Inilah yang jadi bahan pertimbangan dari teman-teman di sana menampilkan granat asli," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Agus Rianto, kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (30/3).
Ledakan granat yang menewaskan 4 orang itu terjadi sekitar pukul 15.30 Wita di gedung workshop Universitas Halu Oleo saat pelaksanaan pendidikan dasar (Diksar) Satpam Universitas Halu Oleo.
"Diupayakan semaksimal mungkin pelaksanaan pelatihan itu menggunakan alat peraga simulasi. Kemarin informasi yang saya dapat, teman-teman Brimob di Sultra memberikan contoh pembeda, itu yang jadi pertimbangan menampilkan granat asli," jelasnya lagi.
Saat ini Polri masih melakukan proses pendalaman kasus itu yang dilakukan oleh Propam dan Brimob. Yang jelas, alasan polisi menggunakan granat asli dalam Diksar itu karena beredar banyak barang tiruan di tengah masyarakat. Dia juga pastikan, yang memberi pelatihan adalah para anggota Brimob yang profesional di bidang penjinakan bahan peledak.
"Yang jadi pertanyaan kan kenapa profesional lalu meledak? Itu kecelakaan. Siapa sih yang ingin musibah? Tidak ada," tegasnya.
Instruktur Diksa, Brigadir Khaidir yang sehari-hari bertugas di Brimob Polda Sulawesi Tenggara, langsung tewas akibat ledakan itu. Korban meninggal dunia lainnya adalah Kaharudin, Jufriady dan Supriyadi. Mereka bertiga adalah anggota Satpam Universitas Halu Oleo.
Korban luka-luka ada 8 orang, yang terdiri dari 7 petugas Satpam dan 1 anggota Brimob. Seluruh korban saat ini sudah dipindahkan dari RSU Abunawas Kendari ke RS Bhayangkara Kendari.
[ald]
BERITA TERKAIT: