Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho memaparkan, berdasarkan satelit Terra dan Aqua dari BMKG pada hari ini (Minggu, 12/10) pukul 05.00 WIB, di Sumatera ada 153 titik api (
hotspot) dengan sebaran sebanyak 144 di Sumatera Selatan, Riau (3), Jambi (3), Kepulauan Riau (2) dan Aceh (1).
"Data ini belum seluruhnya
hotspot terpantau karena satelit Modis baru akan melintas Sumatera pukul 16.00 WIB nanti. Artinya
hotspot yang ada lebih dari data tersebut," kata Sutopo melalui pesan elektroniknya, sesaat lalu.
Sementara itu, lanjut Sutopo, jarak pandang pada pukul 7 pagi tadi di Pekanbaru 500 meter, Rengat 50 m, Dumai 1 kilometer dan Pelalawan 500 m. Semua terhalang oleh asap. Kondisi demikian menyebabkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) 240 pada pukul 7 WIB yang mengindikasikan sangat tidak sehat. Hal yang sama di Rumbai 251, Minas 176, Duri camp. 136, Duri
field 114, Dumai 148, Bangko 127, Libo 399, Petapahan 136. Keterangan ISPU 0-50 baik, 51-100 sedang, 101-199 tidak sehat, 200-299 sangat tidak sehat, dan lebih dari 300 berbahaya.
"Angin secara umum dari tenggara - barat menuju ke barat laut - ytara dengan kecepatan 05 - 15 knot sehingga tidak akan menyebar ke Singapura. di Kalimantan,
hotspot juga masih banyak," ujar Sutopo.
Sutopo melanjutkan, dari satelit Modis pada Sabtu (11/10) kemarin, pukul 4 sore WIB di Kalimantan Barat terpantau ada 26 hotspot, Kalimantan Tengah 220 (Kotim 68, Kapuas 3, Barito Sel 3, Sukamara 11, Seruyan 42, Katingan 51, Pulang Pisau 22, Palangkaraya 20), Kalimantan Selatan 61, dan Kalimantan Timur 50.
Sutopo juga menyebutkan bahwa ribuan kali helikopter sudah melakukan pemboman air dari udara. Pun begitu dengan ribuan petugas sudah dikerahkan.
"Perlu kerja sama semua pihak termasuk masyarakat agar semua bisa mencegah pembakaran. Gerakan masyarakat mencegah dan memadamkan karhutla," pintanya.
[wid]
BERITA TERKAIT: