“Sejak bulan Maret lalu sepi pengunjung. Pengunjung sempat naik pada Lebaran kemarin. Namun manurun lagi setelah Gunung Slamet meletus,†kata pedagang souvenir Baturaden, Evi Wulandari, Rabu (24/9).
Evi mengatakan tidak semua objek di Lokawisata Baturaden ditutup total. Yang ditutup hanya obyek yang mendekati puncak, seperti Pemandian Air Panas Pancuran Pitu. Selain relatif dekat dengan puncak, Pancuran Pitu beberapa waktu lalu memiliki temperatur yang lebih tinggi dibanding biasanya.
“Suhu airnya tinggi. Cukup berbahaya untuk pengunjung,†ujarnya.
Evi mengaku merugi puluhan juta rupiah karena sepinya pengunjung. Operasional toko souvenir selama beberapa bulan tidak tertutup oleh hasil penjualan.
“Tapi mau bagaimana lagi, wong memang kondisinya seperti itu,†tuturnya.
Senada dengan Evi Wulandari, Salah satu pengelola hotel di Baturaden, Bayu Wisnu Handoko mengaku mengalami kerugian yang besar selama beberapa bulan terakhir ini. Sebab, hotel yang dikelolanya mengalami penurunan pengunjung hingga 60-an persen.
“Dari total kamar, biasanya terisi hingga 40 persen pada hari biasa dan 90 hingga 100 persen pada akhir pekan dari hari libur nasional. Tapi sekarang berkurang hingga separuhnya,†jelas Wisnu.
Dalam keadaan seperti itu, hotel yang dikelolanya harus tetap membayar karyawan dan tagihan operasional bulanan seperti listrik dan air. Akibatnya hotelnya merugi.
“Kawan pengelola penginapan dan hotel yang lain juga merasakan hal yang sama,†ujarnya.
Padahal, lokasi hotelnya relatif aman untuk pengunjung. Yakni berjarak delapan kilometer dari puncak. Sedangkan jarak steril tanpa aktifitas yang ditetapkan pemerintah adalah empat kilometer.
“Kami berharap agar Gunung Slamet segera kembali stabil. Dengan demikian Lokawisata Baturaden bisa normal kembali,†harapnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: