"Yang agak merepotkan adalah posisi pengungsian warga yang terpencar-pencar, tidak berada di satu lokasi. Kalau mereka terpencar, kita tidak mungkin merelokasi TPS," ujar Komisioner KPU Arief Budiman kepada wartawan di Gedung KPU Pusat, Jakarta, Rabu (19/2).
Namun, Arief mengaku pihaknya sudah melakukan konfirmasi ke Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Gunung Kelud untuk mengetahui perkiraan kapan dampak erupsi vulkanik bakal berakhir. Menurut Arief kepastian prediksi bencana penting bagi KPU untuk membuat strategi selanjutnya.
Sejauh ini, menurut Arief KPU memang sudah memiliki alternatif agar pemilih di pengungsian tetap menggunakan hak pilihnya. Strategi pertama adalah melakukan relokasi TPS ke tempat pengungsian warga.
Tapi yang merepotkan bagi KPU diakui Arief adalah banyak titik-titik pengungsian tersebar di sejumlah tempat, bahkan sampai keluar dari batas kabupaten lain. Posisi pengungsian warga yang terpencar dan tidak berada di satu lokasi, membuat relokasi TPS sulit. Karena pemilih dari warga pengungsi tersebar.
"KPU harus kerja keras mendata secara rinci berapa jumlah pemilih di tiap pengungsian," ungkap Arief.
Strategi lain yang dilakukan ketika relokasi TPS tidak dimungkinkan, KPU akan memberikan formulir A5, yang menunjukkan pemilih akan melakukan hak pilihnya di TPS lain, bukan di TPS yang sudah memuat namanya sebelumnya.
"Datanya terus kami
update, karena jumlahnya sangat dinamis. Tiap hari warga bisa berpindah-pindah lokasi pengungsian, atau ke rumah saudaranya ke tempat lain. Perkembangan ini terus dicatat sampai pertengahan Maret," ujar Arief sambil menambahkan, jika dampak erupsi sudah selesai, maka TPS tetap seperti yang sudah dirancang dari awal.
[ru]
BERITA TERKAIT: