"Pertemuan mereka itu memang membahas masalah pilgub Jatim yang hari ini (Rabu, 29/8) pencoblosannya. Tapi saya melihat seperti ada niat buruk dari mereka untuk memenangkan salah satu pasangan calon," ungkap Adhie M Massardi kepada wartawan pagi ini di Surabaya.
Inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih ini memang sedang melakukan pemantauan jalannya proses Pilgub Jatim bersama beberapa aktivis lain seperti Ray Rangkuti, Sebastian Salang, Boni Hargens, Jeirry Sumampow, Neta S. Pane dan para aktivis pergerakan di Jatim, di bawah koordinasi Ketua Umum PMII Jatim Fairouz H. Anggasuto.
"Saya mendapat laporan dari Sumenep, Pamekasan, Bodowoso, Banyuwangi, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Pacitan, Ponorogo, Blitar dan Bojonegro bahwa penguasa memobilisasi lurah dan kepala desa untuk memenangkan salah satu paslon," ungkapnya.
Adhie bisa memaklumi kondisi seperti gawat darurat ini karena Jawa Timur, seperti diakui petinggi Partai Demokrat pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, merupakan benteng terakhir di pulau Jawa setelah kalah dalam pilgub di Banten, DKI Jakarta, Jabar, dan Jateng.
"Segala cara pasti akan dilakukan penguasa untuk mempertahankan benteng terakhirnya ini," ujarnya.
Tapi Koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini mengingatkan, kalau caranya melampui batas pasti akan mendapat reaksi keras dari rakyat.
"Rakyat Jawa Timur, terutama kaum Nahdliyin, sudah kapok dikerjai pada pilgub 2008. Makanya kalau sekarang dikerjai lagi pasti akan direspon dengan tegas," pungkas Adhie.
[ald]
BERITA TERKAIT: