“Sehingga dalam menyikapi Covid-19, kita bisa bersikap dan merespons secara rasional, tidak panik akibat informasi yang tidak jelas,†ujar Jurubicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah, di Media Centre Kantor Gubernur Jalan Pangeran Diponegoro 30, Kota Medan, Minggu (26/4).
Pada umumnya, jelas Aris, rata-rata virus bertahan sampai hari ke-20. Meskipun setelah antibodi timbul dan matang, maka sejak hari ke-10 jumlah virus akan menurun drastis. Kemudian, hari ke-14 jumlah virus tinggal sedikit dan benar-benar bersih pada hari ke-20.
“Namun, ada kasus ekstrem di mana virus bertahan sampai 28 hingga 37 hari setelah kontak. Bila mau aman, gunakan prinsip 2 kali 20 hari atau enam pekan. Untuk itu lah, kenapa isolasi sangat penting. Memastikan virus benar-benar sudah hilang dan tidak menularkan ke orang lain,†tuturnya, dikutip
Kantor Berita RMOLSumut.
Masalah lain yang saat ini banyak terjadi, kata Aris, ialah munculnya kepanikan berlebihan karena hasil
rapid test positif. Padahal, untuk menentukan positif atau negatifnya seseorang memerlukan alur dan rangkaian pemeriksaan sistematis oleh dokter.
“Penentuan positif Covid-19 tidak sembarangan. Diagnosis adalah ranah dokter.
Rapid test untuk Covid-19 sebenarnya tepat dan bermakna, syaratnya tepat waktu penggunaannya. Di masa awal infeksi tidak tepat, paling cepat minimal 7 hari atau 10 hari setelah kontak atau perjalanan. Lebih tepat lagi kalau ada gejala,†paparnya.
Selain waspada dengan penyebaran Covid-19, masyarakat Sumut juga diingatkan untuk mewaspadai penyakit lain, khususnya malaria. Hal ini karena malaria juga merupakan salah satu penyakit yang memiliki beberapa gejala yang mirip dengan Covid-19. Contohnya, demam, sakit kepala dan nyeri otot.
“Untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kasus malaria pada saat pandemik Covid-19, selalu mengacu pada protokol pencegahan Covid-19. Selain itu, penyakit malaria akan semakin memperberat kondisi seseorang yang juga terinfeksi Covid-19,†pungkasnya.
BERITA TERKAIT: