Andi Narogong Dicecar KPK Imbas Anggota DPR Terima Fee KTP-el

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Kamis, 20 Maret 2025, 13:33 WIB
Andi Narogong Dicecar KPK Imbas Anggota DPR Terima Fee KTP-el
Andi Agustinus alias Andi Narogong di Gedung KPK, Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025/RMOL
rmol news logo Mantan terpidana kasus korupsi KTP-el, Andi Agustinus alias Andi Narogong selaku pengusaha pelaksana proyek KTP-el dicecar tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

Pemeriksaan itu terkait komitmen fee dari tersangka Paulus Tannos dan konsorsium yang mengalir ke Anggota DPR.

"Saksi didalami terkait komitmen fee dari Tannos dan konsorsium ke Anggota DPR," kata Jurubicara KPK, Tessa Mahardhika Sugiarto kepada wartawan, Kamis, 20 Maret 2025.

Usai menjalani pemeriksaan, Andi Narogong enggan memberikan pernyataan apapun terkait perkara, hingga aliran dana korupsi KTP-el ke anggota DPR.

Ia diperiksa dalam kapasitasnya sebagai saksi untuk tersangka Paulus Tannos selaku Direktur Utama (Dirut) PT Sandipala Arthaputra.

Paulus Tannos berhasil ditangkap di Singapura oleh lembaga antikorupsi Singapura. Sebelum penangkapan, Divisi Hubungan Internasional Polri mengirimkan surat penangkapan sementara (provisional arrest request) kepada otoritas Singapura untuk membantu penangkapan buronan tersebut.

Lalu, pada 17 Januari 2025, Jaksa Agung Singapura mengabarkan bahwa Paulus Tannos sudah ditangkap. Hingga saat ini, pemerintah Indonesia sedang melakukan proses ekstradisi Paulus Tannos.

Paulus Tannos telah ditetapkan sebagai tersangka pada Agustus 2019 lalu bersama 3 orang lainnya, yakni Miryam S Haryani selaku anggota DPR periode 2009-2014, Isnu Edhi Wijaya selaku Dirut Perum PNRI yang juga Ketua Konsorsium PNRI, dan Husni Fahmi selaku Ketua Tim Teknis Teknologi Informasi Penerapan KTP Elektronik.

Pada 13 November 2017 lalu, Miryam telah divonis 5 tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider 3 bulan kurungan dalam kasus pemberian keterangan palsu saat bersaksi di sidang kasus korupsi e-KTP.

Sementara itu, untuk Husni Fahmi dan Isnu Edhi Wijaya masing-masing divonis penjara 4 tahun dan denda Rp300 juta subsider 3 bulan kurungan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Senin 31 Oktober 2022.

Dalam kasus korupsi e-KTP, PT Sandipala Arthaputra yang dipimpin Paulus diduga diperkaya sebesar Rp145,85 miliar, Miryam Haryani diduga diperkaya sebesar 1,2 juta dolar AS, manajemen bersama konsorsium PNRI diduga diperkaya sebesar Rp137,98 miliar dan Perum PNRI diduga diperkaya sebesar Rp107,71 miliar, serta Husni Fahmi diduga diperkaya sebesar 20 ribu dolar AS dan Rp10 juta. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA