Publik media sosial di Tanah Air resah menyikapi bebasnya peredaran Blued, nama aplikasi
live chat kaum LGBT. Bahkan, pengelola aplikasi itu seperti menantang masyarakat dan pemerintah Indonesia, karena membuka lowongan kerja untuk ditempatkan di Jakarta.
Pada iklan lowongan kerja Blued, disebutkan bahwa posisi yang koÂsong adalah staf marketing dengan status karyawan tetap.
Tugasnya antara lain untuk memÂbantu Blued melakukan kegiatan pemasaran lokal, pengembangan bisnis, kegiatan terkait media, negoÂsiasi serta eksekusi proyek.
Adapun syaratnya standar denÂgan lowongan pekerjaan lain, serta ada tambahan harus berpola pikir terbuka dan pengetahuan terkait eksistensi LGBT di Indonesia.
Penelusuran Rakyat Merdeka di jejaring sosial Twitter ditemukan satu akun bernama @bluedindo_. Pada deskripsi profilnya, akun itu mengaku sebagai akun Twitter Komunitas Blued.
Blued adalah aplikasi sosial meÂdia yang pertama sekali digunakan oleh komunitas gay di China untuk berkomunikasi dan mencari pasangan. Bukan hanya sebagai aplikasi dalam saling sapa aja, aplikasi ini juga diÂlengkapi
fitur 'live' atau
streaming. Nah, publik media sosial di Tanah Air bereaksi keras menyikapi pereÂdaran Blued dan kenekatannya membuka kantor di Indonesia. Mayoritas netizen menyalahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Misalnya, pengguna Twitter dengan akun @dongengkeliling mencibir kinerja Kemenkominfo. Menurutnya, pengawasan kementerian lemah hingga aplikasi itu bebas beredar di dunia maya Tanah Air. "Kemenkominfo payah! Atau banÂyak oknum di situ yang sudah kena virus LGBT? Hmmm..." cibirnya.
Akun @sayapdewa mendesak Kemenkominfo meningkatkan pengawasan dan tegas menindak apÂlikasi LGBT. "Menkominfo jangan tidur tok. Ayo kerja, kerja! Buruan di blok semua," desaknya.
Netizen @asoka1 menyesalkan keterlambatan Kemenkominfo bertindak hingga aplikasi kaum penyimpangan seks itu leluasa beradar, bahkan nekat mau bikin kantor di Jakarta. "Tuh kan kalau didiamin malah nyolot. Libas aja. Nggak ada HAM buat penyimÂpangan gini," serunya.
Akun @faishal_amien menilai, applikasi Blued dan pembukaan lowongan kerjanya merupakan strateÂgi merusak generasi penerus bangsa, "Ini gue yakin banget ada pihak asing sebagai otak dan pemegang saham dari kegiatan ini untuk ngerusak moral anak-anak bangsa."
Akun @ferdinand_juntao memÂberitahukan bahwa lowongan kerja Blued tersebar luas di sejumlah media sosial. "Bukan di Twitter dan Path aja bung.. di Instagram juga kembali berani iklan. Pemerintah harus berani bertindak tegas (action), bukan cuma melakukan statement saja! Ibarat menggunakan statement Ibu Susi Pujiastuti, kalo menantang, tenggelamkan!" desaknya.
Akun @bang.birin mendesak pemerintah tegas menutup applikasi Blued serta menindak semua pelakunya jika berada di wilayah hukum Indonesia. "Jangan sampai harga diri dan martabat bangsa kita diinjak-injak dengan adanya LGBT. LGBT harus dilenyapkan dari Bumi Pertiwi," ujarnya.
Akun @amaryuslim meminta keÂpada Presiden Joko Widodo untuk turun langsung memerangi LGBT. "Ayok Pak Presiden @jokowi, sama-sama kita menghentikan segala hal yang bisa merusak bangsa ini," tulisnya menyebut akun Twitter milik Presiden.
Akun @abdtulzzh berpendapat, masalah LGBT ini harus segera diselesaikan sampai tuntas. Karena jika tidak ada hukuman berat, maka peredarannya akan semakin melÂuas. "Ini harus ada tindakan sanksi seberat-beratnya. Harus ada hukuman yang membuat aktivis LGBT tidak melakukan kampanye secara bebas. Ini berbahaya banget," cuitnya.
Pendiri IndoTelko Forum Doni Ismanto mengaku sudah menginforÂmasikan soal tindak-tanduk aplikasi Blued kepada Kemenkominfo seÂcara informal pada Juli lalu. Waktu itu ada beberapa keluhan karena iklan mereka vulgar di Twitter.
"Kemenkominfo waktu itu bilang akan koordinasi dengan Twitter dan akan minta dihentikan. Tapi kemarin di Path mendadak viral iklan lowongan itu dan saya kaget. Ternyata belum ditutup, baik aplikasinya atau penayangan iklan di media sosial," katanya kemarin.
"Bagi kami itu jelas penghinaan terhadap kedaulatan NKRI. Mereka seperti menantang pemerintah denÂgan membuka lowongan secara resmi," Doni menegaskan.
Selain itu, kejadian ini juga memÂbuktikan bahwa peran Panel Konten Negatif yang digagas Kemenkominfo belum bekerja maksimal memantau dinamika dunia maya.
"Polri saja sudah minta ada peÂnutupan 18 aplikasi berbau gay. Ini malah ada iklan lowongan kerja, jelas-jelas menantang wibawa NKRI di dunia maya," tandasnya.
Sementara itu, Kemenkominfo menyatakan telah menyurati platform penyedia layanan aplikasi gay, yakni Android dan iOS untuk memblokir layanan penyedia kencan sesama jenis itu. "Hari ini kita kirim surat ke mereka (penyedia layanan aplikasi gay)," kata Kepala Biro Humas Kemenkominfo Noor Iza, kemarin. ***
BERITA TERKAIT: