Sedangkan lima negara yang memiliki skor terendah adalah Somalia (8), Korea Utara (8), Sudan (11), Afghanistan (12) dan Sudan Selatan (15).
Sementara CPI untuk Indonesia tahun 2014 naik dua digit dari 32 di tahun sebelumnya nenjadi 34. Indonesia menempati peringkat 109 dari 175 negara yang diukur.
Kenaikan skor ini menurut Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Dadang Trisangkono patut mendapat apresiasi sebagai kerja bersama antara pemerintah, masyarakat sipil dan pebisnis dalam upaya memberantas korupsi, tapi tentu masih ada catatan penting yang harus diperhatikan.
"Selama ini kinerja pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dilakukan pemerintah Indonesia perlu mendapatkan apresiasi dengan hasil CPI tahun 2014 ini. Hal yang sama juga dengan masyarakat sipil yang aktif dalam ikut serta memberikan pendidikan politik bagi warga negara tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi," tegas Dadang saat launching CPI 2014 di Hotel Grand Melia, Jakarta, Rabu (3/12).
Bagi Indonesa, tahun 2014 ini adalah tahun politik dimana gelaran pesta demokrasi terbesar tiap lima tahunan digelar. Survei persepsi masyarakat terhadap integrasi pemilu yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2013 menghasilan 71 persen responden paham bahwa praktik politik uang dalam pemilu masih menjadi hal lumrah. Bahkan 92 persen menyatakan pemimpin dan politisi yang melakukan korupsi juga merupakan hal yang lumrah terjadi.
Informasi lain seperti Global Corruption Barometer 2013 yang dikeluarkan Transperncy International mengafirmasi dengan menyebut parpol dan parlemen sebagai salah satu institusi demokrasi yang sarat dengan korupsi.
"Artinya problem korupsi politik merupakan akar dari masalah korupsi di Indonesia. Korupsi politik telah mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi dan akses kesejahteraan bagi rakyat Indonesia," demikian Dadang.
Untuk diketahui negara yang mengalami penurunan skor tajam CPI adalah China (36), Turki (45) dan Angola (19). Ketiga negara ini mengalami penurunan skor tajam sekitar 4-5 poin (dalam skala 100). Padahal Turki dan Cina dalam tahun terakhir alami pertumbuhan ekonomi lebih dari 4 persen.
"CPI 2014 memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah dirusak oleh korupsi. Hal ini ditandai dengan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemimpin dan pejabat politik," kata Ketua Tranparency International Jose Ugaz.
[rus]
BERITA TERKAIT: