Menurutnya, keputusan tersebut merupakan kerugian bagi AS sendiri.
“Amerika Serikat perlu berpikir kembali apakah politik boikot benar-benar berhasil, karena berdasarkan pengalaman saya, itu tidak pernah berhasil,” ujar Ramaphosa kepada wartawan di depan Parlemen Afrika Selatan, seperti dimuat
Al Jazeera, Kamis, 13 November 2025.
Ramaphosa menambahkan bahwa absennya AS tidak akan mengganggu jalannya pertemuan G20.
“G20 akan tetap berlangsung. Semua kepala negara lainnya akan hadir. Pada akhirnya, keputusan penting tetap akan diambil dan ketidakhadiran mereka adalah kerugian mereka sendiri,” tegasnya.
Trump sebelumnya mengumumkan bahwa tidak ada pejabat AS yang akan menghadiri KTT G20 pada 22-23 November mendatang.
Melalui akun Truth Social, ia menuduh Afrika Selatan memperlakukan petani kulit putih secara tidak adil dan bahkan menyebut hal itu sebagai “genosida”, tuduhan yang telah berulang kali dibantah oleh pemerintah Afrika Selatan.
Sejak kembali menjabat di Gedung Putih pada Januari lalu, Trump berulang kali menuding bahwa warga kulit putih di Afrika Selatan menjadi korban kekerasan dan perampasan tanah karena ras mereka.
Pemerintah Ramaphosa menolak keras tudingan tersebut, menyebutnya sebagai informasi keliru yang mencerminkan ketidaktahuan terhadap realitas sosial di negaranya.
Hubungan antara Washington dan Pretoria semakin memburuk setelah Afrika Selatan menggugat Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Ramaphosa menegaskan bahwa negaranya akan tetap melanjutkan proses hukum tersebut, meskipun ada tekanan dari pihak AS.
BERITA TERKAIT: