Menurut Kepolisian New York (NYPD), aksi tersebut merupakan bagian dari demonstrasi besar-besaran yang digelar di seluruh 50 negara bagian Amerika Serikat, dengan jumlah peserta diperkirakan mencapai hampir 7 juta orang.
Massa menolak gaya kepemimpinan Presiden Trump yang dianggap semakin otoriter.
Sebagai respons, Presiden Trump justru membagikan video buatan AI di akun media sosialnya. Dalam video tersebut, ia digambarkan mengenakan mahkota dan menerbangkan jet tempur bertuliskan “KING TRUMP” di langit Times Square, lalu menjatuhkan cairan cokelat ke arah massa demonstran.
Video itu diiringi lagu “Danger Zone” dari film Top Gun, yang membuatnya semakin mencuri perhatian publik.
Langkah Trump ini memicu kontroversi karena dianggap merendahkan aksi damai jutaan warga.
“Mereka jelas takut pada perlawanan damai,” ujar Ezra Levin, salah satu pendiri organisasi Indivisible, kepada
The Independent.Beberapa pejabat Partai Republik juga ikut mengejek aksi “No Kings”. Ketua DPR AS Mike Johnson menyebut aksi tersebut sebagai “Aksi benci Amerika”.
Sementara Menteri Transportasi Sean Duffy menuduh para demonstran sebagai simpatisan Hamas atau bayaran kelompok Antifa, yang telah dicap sebagai organisasi teroris domestik oleh pemerintahan Trump.
Tak hanya itu, para sekutu Trump juga ramai menyebarkan gambar dan video AI lain yang menggambarkan presiden seperti seorang raja.
Wakil Presiden JD Vance bahkan membagikan video AI yang menampilkan Trump mengenakan mahkota dan jubah, sementara tokoh Partai Demokrat digambarkan berlutut di hadapannya.
Kritikus menilai, tindakan ini bukan sekadar candaan. Mereka menilai Trump sedang membangun citra kepemimpinan kuat yang dapat membenarkan tindakan represif.
Sebelumnya, pemerintahan Trump juga pernah mengerahkan agen federal ke kota-kota besar dan mempertimbangkan penggunaan Undang-Undang Insureksi untuk memperluas peran militer di dalam negeri.
BERITA TERKAIT: