Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam wawancara eksklusif dengan 60 Minutes, menyebut langkah Australia itu "sangat disesalkan" dan "tidak bisa dibenarkan". Ia menuduh keputusan tersebut dipengaruhi oleh badan intelijen Israel, Mossad.
Keputusan Australia diambil setelah penyelidikan ASIO menemukan dugaan keterlibatan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam dua serangan anti-Semit di Australia tahun lalu -- satu di sinagoga Melbourne dan satu di restoran kosher di Sydney. Ini menjadi pertama kalinya dalam 80 tahun Australia mengusir seorang duta besar.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyebut tindakan Iran "agresi berbahaya" yang bertujuan memecah belah masyarakat. Australia juga resmi memasukkan IRGC ke daftar hitam dan melabelinya sebagai organisasi teroris.
Namun, Baghaei menolak tuduhan itu.
“Tuduhan ini tidak berdasar. Kami pikir tindakan pemerintah Australia tidak bisa dibenarkan,” ujarnya, dikutip dari
9News, Senin 8 September 2025.
Baghaei menilai keputusan Canberra hanyalah "cara untuk menyenangkan" Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia juga menuding label teroris terhadap IRGC oleh AS, Kanada, dan Australia adalah bagian dari "kampanye disinformasi dan Iranophobia".
Baghaei juga membantah laporan bahwa diaspora Iran di Australia diawasi atau dilecehkan. Padahal, penyelidikan Senat Australia tahun 2023 menerima ratusan laporan dari warga Iran-Australia yang mengaku menjadi korban intimidasi.
Terkait pemulihan hubungan, Baghaei menegaskan bola ada di tangan Australia.
“Pemerintah Australia-lah yang memutuskan hubungan, bukan kami. Jadi mereka juga yang harus menentukan langkah berikutnya,” tegasnya.
BERITA TERKAIT: