Menurut pejabat kesehatan, penyakit ini disebabkan bakteri Legionella yang tumbuh di menara pendingin gedung.
Menara pendingin adalah sistem besar yang memakai air untuk mendinginkan gedung, lalu menghasilkan kabut yang dilepaskan ke udara. Jika air di dalamnya hangat, tergenang, atau tidak dibersihkan, bakteri bisa berkembang biak. Saat kabut yang terkontaminasi terhirup, orang bisa jatuh sakit.
Pekan lalu, Departemen Kesehatan Kota New York menemukan bakteri di 12 menara pendingin milik 10 gedung, termasuk rumah sakit Harlem. Dari jumlah itu, 11 menara sudah diperbaiki dan sisanya selesai ditangani pada Jumat lalu.
Pihak berwenang menegaskan, wabah ini tidak terkait dengan air minum, air mandi, atau AC dalam ruangan. Jadi, warga tetap aman untuk minum, mandi, memasak, maupun menggunakan pendingin udara.
Wabah Legionnaires ini pertama kali diumumkan pada 25 Juli 2025.
Komisaris Kesehatan Sementara, Michelle Morse, menyampaikan bahwa jumlah kasus baru kini sudah mulai menurun, tanda bahwa sumber bakteri berhasil dikendalikan.
"Kabar baiknya adalah kasus baru sudah mulai menurun, yang menunjukkan bahwa sumber bakteri telah terkendali," kata Morse, dikutip dari CNN, Senin 18 Agustus 2025.
Morse mengimbau warga di area terdampak yang mengalami gejala mirip flu, seperti batuk, demam, sakit kepala, nyeri otot, atau sesak napas untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar bisa ditangani dengan cepat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Legionnaires bisa diobati dengan antibiotik, tetapi bila terlambat ditangani dapat berakibat fatal seperti syok atau gagal organ.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan bahwa sekitar 10 persen penderita meninggal, terutama pada lansia dan orang dengan daya tahan tubuh lemah.
BERITA TERKAIT: