Pertemuan bilateral ini digelar di sela-sela hari pertama Pertemuan Dewan OECD Tingkat Menteri (PTM OECD) Tahun 2025, yang dihadiri para pemimpin ekonomi dari berbagai negara.
“WTO memiliki peran penting dan tak tergantikan dalam mempromosikan dan memperkuat sistem perdagangan multilateral berbasis pada peraturan," kata Airlangga dalam pertemuan tersebut.
"Untuk itu, Indonesia berharap WTO dapat terus melanjutkan dukungannya pada negara-negara berkembang untuk meningkatkan kapasitas perdagangannya agar mampu berpartisipasi dalam sistem perdagangan global yang lebih inklusif,” sambungnya.
Selain menegaskan komitmen Indonesia, Airlangga juga menyampaikan pentingnya penyelesaian berbagai agenda nasional yang saat ini menjadi perhatian WTO, seperti isu pertanian, perikanan, hingga perdagangan berbasis sistem elektronik.
Sebagai satu-satunya lembaga internasional yang mengatur perjanjian dagang dengan mekanisme penyelesaian sengketa, WTO saat ini memiliki 166 anggota, yang sebagian besar adalah negara berkembang. Indonesia sendiri telah menjadi anggota sejak tahun 1994 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia.
Keikutsertaan Indonesia selama ini disebut telah membawa sejumlah manfaat konkret, termasuk pemanfaatan prinsip National Treatment, Most Favoured Nations (MFN), Special and Differential Treatment (SDT), serta berbagai program peningkatan kapasitas perdagangan.
Selain pertemuan bilateral pagi tadi, Menko Airlangga dijadwalkan kembali bertemu Direktur Jenderal WTO dalam forum informal para menteri WTO yang digelar pada petang hari. Pertemuan ini akan difokuskan pada agenda reformasi organisasi perdagangan dunia tersebut.
Turut mendampingi Menko Airlangga dalam lawatan ini antara lain Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian, Wakil Tetap RI di Jenewa, serta Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral.
BERITA TERKAIT: