Paus Leo XIV, yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Prevost, mencetak sejarah sebagai paus pertama asal Amerika Serikat, meskipun ia juga memegang kewarganegaraan Peru berkat pengabdiannya sebagai misionaris di negara tersebut selama beberapa dekade.
1. Pemilihan Nama
Dengan memilih nama Leo XIV, paus baru ini menyiratkan komitmennya pada ajaran sosial gereja.
Sebagaimana diketahui, Paus Leo XIII (1878–1903) adalah sosok yang vokal memperjuangkan hak-hak pekerja, upah yang adil, dan hak berserikat.
“Dengan memilih nama Leo XIV, ia menunjukkan bahwa ia berkomitmen pada ajaran sosial gereja,” kata Pendeta Thomas Reese, komentator Jesuit yang telah lama mengamati Vatikan, seperti dimuat Reuters.
2. Bahasa dan Pesan Perdamaian
Dalam pidato publik pertamanya, Leo XIV berbicara dalam bahasa Italia dan Spanyol, tanpa menyebut bahasa Inggris ataupun Amerika Serikat.
“La pace sia con tutti voi!” (“Damai sejahtera bagimu!”) serunya kepada ribuan umat yang berkumpul, menekankan pesan perdamaian di tengah konflik dunia.
Ia juga menyebutkan harapan akan perdamaian yang dilucuti dan melucuti serta rendah hati dan gigih.
Pesan ini selaras dengan pernyataan para kardinal sebelum konklaf yang menyoroti keprihatinan atas konflik di Ukraina, Timur Tengah, dan wilayah lain.
3. Jubah Merah
Berbeda dengan Paus Fransiskus yang sederhana, Leo XIV mengenakan jubah merah kepausan di atas jubah putihnya, menandakan penghormatan pada tradisi sekaligus identitas baru.
Dalam pidatonya, ia mengenang Paus Fransiskus yang baru wafat, berkata: “Kita masih mendengar suara Paus Fransiskus yang lemah, tetapi selalu berani di telinga kita,” sebelum memberikan berkat serupa: “Tuhan mengasihi kita, Tuhan mengasihi semua orang, dan kejahatan tidak akan menang.”
Seiring awal masa kepemimpinannya, pengamat dan umat Katolik di seluruh dunia kini menanti bagaimana Leo XIV akan membentuk jejaknya di Vatikan.
BERITA TERKAIT: