Pemerintah Albania memutuskan menutup layanan TikTok selama setahun ke depan karena diduga memicu kekerasan dan perundungan, terutama di kalangan anak-anak.
Perdana Menteri Albania, Edi Rama mengadakan 1.300 pertemuan dengan guru dan orang tua setelah penusukan yang menewaskan seorang remaja pada bulan November. Pelakunya adalah remaja lain yang diduga terpapar konten kekerasan dari TikTok.
Rama mengatakan pihaknya akhirnyan memutuskan memblokir TikTok dari Albania selama setahun ke depan.
"TikTok akan ditutup sepenuhnya untuk semua orang. Tidak akan ada TikTok di Republik Albania," tegasnya, seperti dimuat
LBC News pada Minggu, 22 Desember 2024.
Dijelaskan Rama, Albania menyadari bahwa negara mereka yang kecil tidak bisa memaksa perubahan algoritma pada TikTok agar tidak menampilkan konten bahasa kebencian, kekerasan, perundungan, dan sebagainya.
"Operasi TikTok di Tiongkok, tempat perusahaan induknya berkantor pusat, berbeda. Mereka justru mempromosikan cara belajar yang lebih baik, cara melestarikan alam dan seterusnya,” ungkap Rama.
Rama menyebut pihaknya akan mencermati bagaimana perusahaan dan negara lain bereaksi terhadap penutupan TikTok selama satu tahun tersebut sebelum memutuskan akan benar-benar melarangnya dari Albania.
TikTok telah meminta kejelasan dari pemerintah Albania terkait kasus remaja yang ditikam tersebut. Pasalnya mereka tidak menemukan keterlibatan aplikasi dengan tindakan kekerasan remaja.
“Perusahaan tidak menemukan bukti bahwa pelaku atau korban memiliki akun TikTok, dan beberapa laporan telah mengonfirmasi bahwa video yang mengarah ke insiden ini diunggah di platform lain, bukan TikTok," tegasnya.
Menurut para peneliti dalam negeri, anak-anak Albania merupakan kelompok pengguna TikTok terbesar di negara tersebut.
Kekhawatiran meningkat dari para orang tua Albania setelah laporan tentang anak-anak yang membawa pisau dan benda-benda lain ke sekolah untuk digunakan dalam pertengkaran atau kasus perundungan yang dipromosikan oleh cerita yang mereka lihat di TikTok.
Pihak berwenang telah menyiapkan serangkaian tindakan perlindungan di sekolah, dimulai dengan peningkatan kehadiran polisi, program pelatihan, dan kerja sama yang lebih erat dengan orang tua.
BERITA TERKAIT: