Ledakan langka itu terjadi lima hari sebelum para pemimpin global dari negara-negara ekonomi utama bertemu di Rio de Janeiro pada 18-19 November 2024.
Pihak berwenang mengatakan seorang pria yang gagal masuk ke pengadilan meledakkan diri di luar gedung.
Dikatakan bahwa terdapat dua ledakan dengan jarak 20 detik antara kedua ledakan, yang pertama terjadi di parkiran mobil dekat gedung pengadilan kemudian di halaman pengadilan.
"Tindakan pertama tersangka adalah meledakkan mobil. Kemudian dia mendekati Mahkamah Agung dan mencoba masuk ke dalam gedung. Dia gagal dan kemudian terjadi ledakan lainnya," ungkap Letnan Gubernur Distrik, Celina Leão.
Media lokal melaporkan bahwa mobil yang meledak itu milik seorang anggota Partai Liberal Brasil, partai yang sama dengan mantan presiden Jair Bolsonaro.
Leão mengatakan hanya penyelidikan yang akan menentukan apakah pemilik mobil itu adalah orang yang sama yang tewas dalam ledakan tersebut.
Seluruh hakim dan staf berhasil dievakuasi karena ledakan terjadi pada malam hari setelah mereka menyelesaikan sidang.
"Para hakim Mahkamah Agung baru saja mengakhiri sesi pleno dan segera dievakuasi dengan aman," kata pengadilan dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat
Associated Press.Polisi federal mengatakan mereka telah mengerahkan regu penjinak bom ke alun-alun di jantung kota Brasilia untuk menyelidiki ledakan tersebut.
Seorang petugas polisi mengatakan kepada televisi lokal bahwa pria yang ditemukan tewas di dekat MA Brasil membawa alat peledak, jadi jasadnya akan diperiksa dengan saksama jika terjadi ledakan lagi.
Ledakan tersebut terdengar di sekitar Three Powers Plaza, alun-alun ikonik yang menghubungkan gedung-gedung utama dari tiga cabang pemerintahan federal Brasil - Mahkamah Agung, Kongres, dan istana presiden.
Tempat itu pernah menjadi lokasi kerusuhan pada 8 Januari tahun lalu ketika para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro mengacak-acak gedung-gedung untuk memprotes kekalahannya dalam pemilihan umum.
Mahkamah Agung dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sasaran ancaman karena tindakan kerasnya terhadap penyebaran informasi palsu di tengah polarisasi politik yang mendalam di negara tersebut, meskipun pengeboman jarang terjadi di Brasil.
BERITA TERKAIT: