Mengutip harian Israel
Haaretz pada Selasa (17/9), para migran diiming-imingi status kewarganegaraan jika bersedia bergabung dalam pasukan Israel dan ikut perang.
"Lembaga pertahanan Israel menawarkan para pencari suaka Afrika yang berkontribusi pada upaya perang di Gaza, mempertaruhkan nyawa mereka untuk memperoleh status permanen di Israel," ungkap laporan tersebut.
Dikatakan bahwa perekrutan itu dilakukan secara terorganisir dengan bimbingan penasihat hukum lembaga pertahanan. Tetapi belum ada pembahasan terkait pertimbangan etis dalam merekrut migran.
Selain itu, sejauh ini dilaporkan belum ada migran Afrika yang sudah ikut perang dan langsung diberi status resmi.
Dari 30.000 migran Afrika, sebagian besar pemuda, sekitar 3.500 di antaranya merupakan warga Sudan dan baru mendapat status tinggal sementara dan permohonan suaka mereka masih tertunda.
"Beberapa orang telah menyatakan keberatan terhadap praktik tersebut, dengan alasan bahwa praktik tersebut mengeksploitasi orang-orang yang telah melarikan diri dari negara mereka karena perang," ungkapnya.
Situs web Walla milik Israel melaporkan pada bulan Juni bahwa tentara pendudukan Israel mengalami kekurangan tentara.
Hal ini terjadi setelah
Haaretz melaporkan bahwa puluhan tentara cadangan menolak kembali bertugas di Gaza, bahkan jika mereka akan dihukum.
Media Israel juga menyoroti bahwa ratusan tentara cadangan di tentara Israel telah bepergian ke luar negeri tanpa memberi tahu komandan mereka.
Juli lalu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengungkapkan bahwa Israel membutuhkan 10.000 tentara tambahan segera di tengah perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Akibat kekurangan tersebut, Mahkamah Agung Israel memutuskan dengan suara bulat bahwa orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks harus tunduk pada wajib militer, setelah puluhan tahun dibebaskan dari dinas militer.
Menurut Gallant, tentara dapat merekrut 4.800 tentara dari komunitas ultra-Ortodoks.
Israel telah menyebutkan 709 tentara yang telah tewas sejak 7 Oktober 2023, termasuk 342 orang yang tewas sejak melancarkan serangan darat di Gaza pada 27 Oktober.
BERITA TERKAIT: