Kementerian Wakaf Gaza mengatakan, 2.500 warga mereka gagal pergi haji karena pembatasan tersebut.
"Rombongan (yang gagal pergi) ini mewakili 38 persen dari total 6.600 jamaah haji Palestina. Ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap kebebasan beragama,” kata juru bicara kementerian Ikrami Al-Mudallal, seperti dikutip dari
Anadolu Ajansi pada Minggu (16/6).
Dijelaskan Al-Mudallal, serangan Israel selama sembilan bulan terakhir telah menghalangi kementerian Gaza untuk menyelesaikan persiapan haji seperti biasa.
"Perang ini menghalangi kementerian menandatangani kontrak transportasi di Mesir dan Arab Saudi serta memesan akomodasi di Mekkah dan Madinah," jelasnya.
Al-Mudallal mengatakan pihaknya terus menjalin kontak dengan otoritas Arab Saudi dan Mesir untuk mencari cara agar ribuan warga Gaza tetap bisa melakukan perjalanan haji.
Dia meyakinkan bahwa para jamaah yang terkena dampak tahun ini tidak akan kehilangan hak mereka untuk menunaikan ibadah haji tahun depan.
"Banyak dari mereka yang telah menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan giliran mereka dan 70 persen diantaranya adalah lansia atau dalam keadaan sakit," ungkap Al-Mudallal.
Meski begitu, Kerajaan Saudi telah mengundang 1.000 jamaah Gaza dari keluarga mereka yang terbunuh dan terluka selama perang.
Mereka yang menunaikan haji atas undangan Raja Salman itu bisa tiba di Mekkah karena telah berada di luar Gaza sebelum serangan darat Israel di perbatasan Rafah.
BERITA TERKAIT: