Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun mengatakan bahwa Israel memang tidak ingin media mengungkap fakta yang terjadi di lapangan, sehingga menutup bahkan menggeledahnya.
"Mereka (Israel), tidak butuh fakta tentang aktivitas militer mereka di lapangan tersebar di mana-mana. Itu sebabnya mereka mengambil keputusan untuk menghentikan
Al Jazeera atau media lainnya," kata Dubes.
Menurut Dubes Zuhair, Israel tidak akan segan melakukan tindakan keras terhadap media yang berani menyuarakan kebenaran di Palestina.
"Jika Anda bekerja di sana dan membicarakan kenyataan, mereka akan mengganggu Anda dan mungkin mereka akan menangkap atau menghancurkan kamera Anda," tegasnya.
Dubes merujuk pada kematian seorang jurnalis
Al-Jazeera berkebangsaan ganda Shireen Abu Akleh untuk menggambarkan kejahatan Israel terhadap media. Akleh tewas ditembak Israel saat meliput di Tepi Barat tahun 2022 lalu.
"Shireen Abu Akleh semua orang tahu nama ini ketika dia ditembak mati. Dan dia adalah koresponden
Al Jazeera yang terkenal dan dia berkewarganegaraan Amerika," kata Dubes.
Mengutip Israel Times pada Jumat (10/5), inspektur kepolisian di bawah perintah Kementerian Komunikasi Israel melakukan penggerebekan terhadap kantor cabang
Al Jazeera di Nazareth hari Kamis (9/5).
Dikatakan bahwa peralatan yang dirancang untuk siaran langsung seperti kamera, transceiver TVU, tripod dan perangkat audio telah disita selama penggerebekan.
Menteri Komunikasi Shlomo Karhi mengonfirmasi aksi penggeledahan
Al Jazeera dalam postingan di X. Dia menegaskan bahwa kantor berita yang berbasis di Qatar itu dilarang karena menjadi corong bagi Hamas.
“Israel tidak akan membiarkan Hamas menyiarkan dari sini,” cuit Karhi.
BERITA TERKAIT: