Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi pada rapat keempat Komisi Kementerian Bersama (JMC) Indonesia-Papua Nugini (PNG) dengan Menlu PNG, Justin Tkatchenko, di Jayapura Rabu (8/5).
Dalam pertemuan itu, Retno mengatakan hubungan ini adalah refleksi nyata untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Papua Nugini.
“Sebagai tetangga dekat, Papua Nugini adalah mitra alami bagi Indonesia,” ujar Retno dikutip
Kantor Berita RMOLPapua, Kamis (9/5).
“Dalam SKB, kami membahas beberapa isu yang menjadi perhatian bersama, yaitu pertama, mengenai kerja sama politik-keamanan,” tambahnya.
Hubungan politik antara kedua negara sejauh ini sangat kuat. Saling kunjung antar pemimpin kedua negara cukup intensif.
"Sebagai dua negara bertetangga yang berbagi perbatasan yang luas, kesepakatan ini penting untuk memperkuat keamanan bersama, di tengah dinamika geopolitik di kawasan,” jelas Retno.
Di bidang kerja sama perbatasan, Menlu sepakat untuk mendorong lebih lanjut guna memperkuat konektivitas di area-area perbatasan.
“Indonesia kembali komitmennya untuk memulai studi kelayakan bersama mengenai Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement-PTA) antara kedua negara kita,” bebernya.
“Kami juga menyambut baik instalasi awal PLN dalam infrastruktur jaringan listrik di Wutung, dan ini adalah tahap pertama dari proyek tersebut,” ungkap Retno.
Mengenai kerja sama pembangunan. Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama dengan negara-negara Pasifik, termasuk Papua Nugini dalam mewujdukan kesejahteraan bersama.
“Tahun ini, Indonesia telah menyiapkan empat proyek kerja sama pembangunan untuk Papua Nugini sesuai kebutuhan. Pertama, bantuan untuk memodernisasi Rumah Sakit Port Moresby yang akan segera dimulai,” bebernya lagi.
“Kedua, kami telah memulai revitalisasi beberapa infrastruktur publik di Vanimot termasuk SD Wutung yang terletak di dekat titik perbatasan Skouw-Wutung. Ketiga, beasiswa bagi pelajar dan PNS Papua Nugini,” sambung Retno.
Keempat, lanjut Menlu, Indonesia juga menyambut diplomat dari Papua Nugini dan negara-negara Pasifik lainnya untuk mengikuti pelatihan diplomatik muda pada Juni 2024 mendatang.
Untuk mendukung keempat proyek tersebut, kata Menlu, dua perjanjian telah ditandatangani selama pertemuan.
BERITA TERKAIT: