Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

VoA: Jumlah Pekerja China di Afrika Turun Signifikan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jonris-purba-1'>JONRIS PURBA</a>
LAPORAN: JONRIS PURBA
  • Selasa, 19 Maret 2024, 15:15 WIB
VoA: Jumlah Pekerja China di Afrika Turun Signifikan
Ilustrasi pekerja asal RRC di Afrika/The North Africa Post
rmol news logo Jumlah pekerja asal Republik Rakyat China (RRC) mengalami penurunan signifikan di seluruh Afrika. Menurut Biro Statistik Nasional China, penurunan itu sampai menyentuh level terendah dalam sepuluh tahun terakhir.

Seperti dikutip dari Voice of America, pada tahun 2015 jumlah tenaga kerja asal China tercatat sebanyak 263.696 pekerja. Namun di tahun 2022 hanya tinggal 88.371 pekerja.

Lembaga riset The China Africa Research Initiative (CARI) di Universitas Johns Hopkins menganalisis data dari tahun 2009 sampai 2022 dan mengaitkan penurunan tersebut sebagian terjadi akibat pandemi Covid-19 karena para pekerja China keluar pada periode tersebut. Tenaga kerja asal China baru kembali ke Afrika di awal 2023.

Namun selain Covid-19,  penurunan jumlah tersebut juga terjadi karena faktor lain, termasuk harga minyak dan penurunan skala Belt and Road Initiative (BRI) secara global yang dicanangkan Xi Jinping.

Ketika ditanya apakah jumlahnya bisa meningkat kembali pada tahun lalu dan mungkin terus meningkat, Direktur CARI Deborah Brautigam mengatakan, pihaknya belum memiliki data tahun 2023. Namun kita tidak mungkin melihat angka yang tinggi di masa lalu.

Sementara Yunnan Chen, peneliti di ODI Global, sebuah kelompok penelitian yang berbasis di Inggris, mengatakan, "Mungkin saja beberapa konstruksi telah dimulai kembali sejak tahun 2022, namun kita tahu bahwa jumlah keseluruhan proyek yang dibiayai China telah menurun selama beberapa tahun dan beberapa tahun terakhir telah menghambat kesepakatan proyek baru.”

“Jadi saya tidak memperkirakan akan ada peningkatan dramatis dalam jumlah ini dalam waktu dekat,” sambungnya.

Menurut catatan VoA, lima negara dengan pekerja China terbanyak pada tahun 2022 adalah Aljazair, Angola, Mesir, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo.

Meskipun masih memimpin, namun jumlah pekerja China di Aljazair dan Angola mengalami penurunan terbesar.

Aljazair memiliki lebih dari 91.000 pekerja China pada tahun 2016, sementara Angola memiliki jumlah pekerja terbanyak sebanyak 50.000 orang. Namun, pada tahun 2022, hanya tersisa sekitar 7.000 pekerja di masing-masing negara.

Selain itu, China telah dikritik karena gagal membantu penciptaan lapangan kerja di Afrika atau membekali penduduk lokal dengan keterampilan baru, meskipun proyeknya sangat besar.

Meskipun banyak pekerja lokal yang dipekerjakan, mereka sering kali menempati posisi yang paling mendasar, sedangkan pekerjaan yang lebih senior hanya diperuntukkan bagi orang China. rmol news logo article
EDITOR: JONRIS PURBA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA