Jika demikian, maka baik Israel maupun Palestina akan mengakhiri tahun 2023 dengan kelam. Sebab jelang tahun baru gencatan senjata belum juga disepakati, sehingga serangan bom mematikan terus berlanjut.
Warga Palestina di pengungsian Rafah, Mahmoud Abou Shahma mengaku putus asa degan kondisi Gaza tahun ini. Dia berharap tahun depan kehidupan mereka jauh lebih baik.
“Kami berharap tahun 2024 akan tiba di bawah naungan yang lebih baik dan kami dapat merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga kami,” kata Mahmoud, seperti dimuat AFP pada Minggu (31/12).
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan,dulillah
kampanye militer Israel telah menewaskan sedikitnya 21.672 orang, 70 persen di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak.
Pertempuran dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menyebabkan sekitar 1.140 orang tewas di Israel dan 129 di antaranya masih disandera.
Serangan balasan dan blokade Israel telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, bahan bakar dan obat-obatan di Gaza. PBB dalam laporannya menyebut 85 persen dari 2,4 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka.
WHO prihatin dengan kondisi warga di sana, sebab mereka menghadapi ancaman penyakit menular dan kelaparan di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Setelah gencatan senjata bulan lalu yang berhasil membaskan 100 sandera, hingga kini belum ada lagi kesepatan damai yang diraih oleh kedua belah pihak.
Durasi perang juga masih belum bisa dipastikan, sebab akhir pekan lalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pihaknya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menuntaskan Hamas.
“Kami akan menjamin bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” tegas Netanyahu dalam sebuah konferensi pers.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: