Tahun ini, genap satu tahun peristiwa itu berlalu dan telah menjadi kenangan tragis yang masih membekas di hati para keluarga yang ditinggalkan.
Puluhan korban yang sebagian besar ibu dan anak, terjebak dalam kobaran api di gedung 18 lantai yang terkunci tanpa pertolongan cepat, karena upaya penyelamatan sulit dilakukan.
Bahkan petugas pemadam kebakaran kesulitan mendekati gedung tersebut karena rintangan yang dipasang untuk menegakkan kebijakan nol Covid-19 yang ketat dari pemerintah China.
Kejadian tersebut masih menjadi luka yang mendalam bagi kerabat, hingga tetangga para korban di sekitar gedung yang mendengar jeritan para korban yang meminta tolong, namun mereka tidak dapat datang, karena pintu gedung mereka juga terkunci.
Mengutip
Bitter Winter, Minggu (26/11), pemerintah China diklaim masih menyembunyikan identitas dan jumlah korban sampai saat ini, sehingga meninggalkan pertanyaan besar tentang nasib jenazah dan nasib keluarga mereka yang ditinggalkan, yang mungkin berada di penjara atau kamp, dan belum mengetahui tentang kabar kerabatnya.
Seiring berjalannya waktu, hanya beberapa korban yang dapat diiidentifikasi berkat bantuan
Radio Free Asia, yaitu Qembernisa (48 tahun), Shehide (13), Abdurahman (9), dan Nehdiye (5).
Meskipun satu tahun telah berlalu, komunitas Uighur berkomitmen untuk tidak melupakan tragedi itu, yang disebut telah menyoroti kekejaman dalam genosida Uighur.
"Dunia mungkin telah melupakan kejadian ini, namun kita belum melupakannya, dan kita tidak akan pernah melupakannya. Mereka adalah bagian rentan dari seluruh masyarakat kita yang mengalami bencana di kamp konsentrasi," tulis Kok Bayraq, serta Rebuya Kadeer yang pernah menjadi mantan Presiden Kongres Uighur Dunia.
Untuk itu, dalam peringatan satu tahun ini, komunitas Uighur memanggil masyarakat global untuk tidak hanya mengingat kisah ini tetapi juga mendesak keadilan dan pengakuan atas penderitaan yang mereka alami.
"Tragedi kebakaran Urumqi pada 24 November 2022 merupakan gambaran khas genosida Uighur. Kami menyerukan kepada setiap individu dan institusi yang memandang diri mereka sebagai bagian dari kemanusiaan untuk mengingat kejadian ini dan mengambil pelajaran dari peringatan yang menyakitkan ini," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: