Draft resolusi tersebut diajukan AS pada Sabtu (21/10), berisi desakan agar DK PBB mengambil tindakan terhadap konflik Israel-Hamas dengan menyerukan jeda dalam pertempuran untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan, perlindungan warga sipil dan penghentian mempersenjatai Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza.
Teks awal AS mengejutkan banyak diplomat dengan sikap blak-blakannya yang menyatakan Israel mempunyai hak untuk membela diri dan menuntut Iran berhenti mengekspor senjata ke Hamas.
Pernyataan tersebut tidak mencakup seruan jeda kemanusiaan untuk akses bantuan. Namun draft resolusi berubah dalam teks akhir yang dimasukkan ke dalam pemungutan suara.
“Kami memang mendengarkan Anda semua. Meskipun pemungutan suara hari ini merupakan sebuah kemunduran, kita tidak boleh berkecil hati,” kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield, seperti dimuat
Reuters.
Merupakan tindakan yang jarang dilakukan Amerika Serikat untuk menyarankan tindakan Dewan Keamanan.
Selama pemungutan suara, 10 aggota mendukung resolusi AS dan Uni Emirat Arab memilih tidak. Sementara Brasil serta Mozambik abstain.
“Rancangan tersebut tidak mencerminkan seruan terkuat di dunia untuk melakukan gencatan senjata, mengakhiri pertempuran, dan tidak membantu menyelesaikan masalah tersebut. Pada saat ini, gencatan senjata bukan sekedar istilah diplomatik. Ini berarti nyawa dan kematian banyak warga sipil,” kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun.
BERITA TERKAIT: